PUBLIKASIKARYATULIS - Coba tanyakan pada diri anda, Apakah sudah bertanggung jawab pada hidup sendiri? Sudah bisa mengendalikan waktu sesuai dengan kebutuhan? Ataukah sekedar hidup saja, buka mata lalu tidur kembali? Melewati waktu begitu saja tanpa adanya produktifitas dalam diri.
Hasil survei menunjukkan suatu fakta bahwa tiap hari manusia menghabiskan 40 menit hanya untuk memikirkan akan makan apa, perempuan menghabiskan waktu 125 jam pertahun untuk membeli baju, sepatu dan aksesoris lainnya, anak remaja menghabiskan waktu 8 jam per hari untuk bermain gedget, masyarakat menghabiskan waktu 26 tahun dalam hidupnya untuk menikmati tidur, dan terakhir orang Indonesia menghabiskan waktunya 1 jam untuk menonton Youtube dan lebih dari 3 jam hanya untuk aktif bermain media sosial.
Kita begitu mudah untuk melewati waktu detik demi detik hanya untuk beragam hal tanpa merasa waktu yang terlewat adalah esensi dari hidup kita, yang seharusnya bisa kita lewati dengan hal hal hebat dengab menjadj pribadi yang lebih bermanfaat dan produktif dalam menjalani kehidupan.
Sebenarnya tidak ada larangan untuk bermain internet setiap hari, bermedia sosial tanpa batasan waktu paling tidak jangan terlarut, hingga pada akhirnya terlena dengan waktu kita yang sangat terbatas, setidaknya kita bisa bijak dalam menggunakan segala fasilitas yang ada. Waktu begitu terbatas, kita mempunyai banyak sekali tugas dan tanggung jawab yang harus segera diselesaikan.
Sekali lagi, coba kita pertanyakan
lagi pada diri kita, adakah tujuan hidup yang jelas?
Seperti pribahasa di atas yang mengatakan " Hidup segan, mati tak mau" pribahasa ini menggambarkan seseorang yang tidak berbuat apa apa untuk meningkatkan value hidupnya, tak memiliki kejelasan tujuan dalam hidup.
Setiap orang memiliki jatah waktu 24 jam dalam sehari. Tetapi mengapa hasilnya berbeda antara satu orang dengan orang yang lain? Ada yang mampu menghasilkan karya yang luar biasa dan ada pula yang tidak menghasilkan karya apapun kecuali menjadikan hidupnya sebagai beban saja. Ternyata salah satu pengaruhnya yang sangat signifikan adalah perbedaan dalam memenej waktu.
Kita mungkin pernah merasa waktu berlalu begitu cepat, ada juga yang merasa sangat lambat. Dengan demikian rentang waktunya ternyata bukan sekedar jumlah dan akumulasi hitungan menit saja. Melainkan sangat berkaitan dengan kondisi kejiwaan sesorang. Kalau sudah begitu, banyak sekali orang yang melewati waktu tetapi tidak ada nilai tambah dalam dirinya, baik pertambahan ilmu, pertambahan kualitas dan kuantitas ibadah, pertambahan kontribusi bagi sesama, pertamabahan ekonomi finansial dan lain sebagainya. Yang ada hanya tambah tua tapi tak tambah dewasa.
Seykh Yahya bin Hubairah mengatakan bahwa waktu adalah sesuatu yang paling berharga untuk dimiliki sekaligus sesuatu yang paling mudah untuk di sia-siakan. Orang yang mengabaikan waktunya, sama saja dengan ia telah menyia-nyiakan hidupnya. Jika hidupnya telah di sia-siakan maka tak ada arti apapun bagi hidupnya di dunia. Kalau sudah tak memiliki arti, maka tak ada bedanya antara kehidupan dan kematiannya. Karena keduanya sama sama tidak berguna.
Kalau hidup dan mati saja tidak berguna, sungguh miris bukan? Lantas apa yang akan kita lakukan? Masing masing diri kita sudah dibekali dengan waktu, selanjutnya terserah kita mau menggunkan waktu tersebut dengan sebaik baiknya atau sebaliknya. Yang pasti, baik kita isi dengan hal yang hebat atau perkara yang tidak penting. Waktu tetap akan berjalan.
Mari kita renungkan, waktu pada hakikatnya adalah perjalanan usia kita. Kalau melewati detik demi detiknya dengan penganggapan remeh, sehingga ludes untuk hal yang tak penting. Maka waktu kita hanya dipersembahkan untuk hal hal yang tak penting. Bagitu juga sebaliknya, ketika kita menghargai waktu yang sedang dijalani pada saat yang bersamaan kita sedang menghargai umur kita sebagai wujud syukur kepada Allah yang memberikan kepercayaan usia hingga detik ini.
Perjalanan usia adalah amanah. Semoga kita bisa mempertanggung jawabkannya. Sebagaimana perkataan sayyidina Abdullah bin Mas'ud " Tak ada penyesalan yang lebih mendalam dibandingkan penyesalanku atas hari yang telah terbenam matahari, dan umurku menjadi berkurang, namun amalku tidak sedikitpun bertambah". Masihkah ada dalam dirimu hidup segan mati tak mau?
Pengirim : Baiq Wahyu Diniyati H, Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Email : ayudiniyati1205@gmail.com.
Ingin karya tulis Anda terpublikasi di situs web www.salamedukasi.com GRATIS,
info lebih lanjut silahkan klik di sini.
0 Response to "Pencerahan HIDUP SEGAN, MATI TAK MAU Oleh Baiq Wahyu Diniyati H, Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang"
Post a Comment