Publikasikaryatulis,
salamedukasi.com - Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab atas rumah
tangga dan biasanya disebut sebagai ayah atau ibu. Orang tua juga dapat
diartikan sebagai seseorang yang telah memelihara dan mengasihi kita. Bahkan walaupun
bukan orang tua biologis yang melahirkan kita ke dunia, seseorang yang menjaga,
mengasihi, dan menyayangi adalah orang tua kita (Nasution:1986 : 1).
Sedangkan
anak adalah kata turunan kedua yang memiliki arti yang merujuk pada lawan dari
orang tua. Walaupun seorang anak sudah menjadi orang dewasa, mereka tetap
dianggap sebagai anak dari orang tua mereka.
Peran
orang tua terhadap masa depan anak sangatlah penting, karena seorang anak
terlahir di dunia ini tanpa bekal pengetahuan apapun dan membutuhkan bimbingan
dari orang yang lebih dahulu hidup di dunia, yaitu orang tua.
Secara
umum, orang tua memiliki tanggung jawab menjaga anak atau yang lebih muda agar
tidak terjerumus ke lembah yang sama dengan pengalaman hidupnya. Dengan begitu,
secara tidak langsung orang tua telah membekali anak untuk hidup lebih baik
darinya. Hubungan seperti ini dapat membantu mempertahankan kedudukan manusia
sebagai makhluk yang suci (sebagai sebaik-baik makhluk) dan anak merupakan
amanah terbesar yang Tuhan berikan kepada orang tua.
Orang
tua merupakan mediator atau fasilitator anak untuk mencapai tujuan tertentu.
Keberadaan orang tua diharapkan dapat mempermudah penerjemahan kondisi
kehidupan kepada anak agar anak mampu
menjadi manusia yang baik dan sesuai dengan asal penciptaannya. Rasululah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda bahwasannya seluruh bayi
dilahirkan dalam keadaan baik atau suci (fitrah) ke muka bumi ini, maka orang
tuanyalah (ayah) yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. Agama islam
telah memberikan rambu-rambu terhadap kesadaran peran orang tua kepada anaknya,
yaitu dengan memilih menjadikannya sebagai manusia baik (suci) ataupun menodai
kesucian dari asal mula kelahiran anak ke dunia. Seperti anak menjadi nakal dan
brutal terhadap orang lain, merugikan lingkungan dan keberadaan orang lain dan
sebagainya. Dengan bimbingan yang benar dari orang tua, anak akan lebih
mengerti tentang langkah dan tujuan hidupnya. Dan kemudian anak akan tergolong
menjadi bagian dari orang-orang sukses.
Terkadang
orang tua lalai terhadap peran pentingnya kepada anak dengan membiarkan anak
memilih sendiri jalan hidupnya serta tanpa arahan sedikitpun dengan alasan
“tidak ingin mengekang anak”. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah dan juga
tidak bisa sepenuhnya dianggap benar. Jika dikembalikan kepada makna dari kata
“amanah” di atas, maka orang tua telah acuh terhadap titipan Tuhannya. Tentu,
manusia memiliki kriteria yang menonjol dibandingkan kepada makhluk ciptaan
Tuhan yang lain. Selain daripada akal yang sempurna, manusia juga sebagai
makhluk yang membutuhkan hubungan sosial. Sebagai manusia yang baik, tentu anak
mampu tumbuh menjadi manusia yang dapat mengikuti aturan bermasyarakat dan
beragama. Jika seorang anak menerobos atau melanggar aturan-aturan yang telah ada,
maka mereka termasuk manusia yang sudah tidak berada pada jalannya.
Ada
beberapa faktor yang menyebabkan anak gagal meraih predikatnya sebagai orang
yang fitrah atau suci dan tergolong sebagai orang yang gagal. Diantaranya:
1. Orang tua tidak
peduli
Ketidakpedulian orang tua dapat berakibat
fatal, karena kepribadian dan karakter anak terbentuk dengan tanpa arah. Anak
akan merasa dirinya hidup sendiri dan tidak mau mendengarkan orang tuanya.
2. Lingkungan
tidak mendukung
Keberadaan anak akan menentukan pola pikirnya. Jika
ia bermain dengan orang yang salah, maka ia akan kesulitan keluar dari zona
tersebut.
3. Tidak
mendapatkan pendidikan
Pendidikan yang pertama adalah bersumber dari
orang tua. Namun, jika pendidikan tersebut tidak didapat oleh anak maka ia berhak
memperoleh pendidikan dari bangku sekolah. Jika keduanya tidak ia peroleh, maka
anak akan kesusahan dalam mengembangkan pengetahuan dan hidupnya.
Adapun
beberapa faktor penunjang keberhasilan anak menurut Agradita (2019), bahwa
terdapat relasi atau hubungan timbal balik antara orang tua dan anak sebagai
berikut:
1. Kepercayaan
orang tua terhadap anak
Kepercayaan orang tua yang dimaksud adalah
sebuah dukungan terhadap potensi dan perkembangan anak dengan membantu memenuhi
kebutuhan materi anak dan mentalnya.
2. Kepercayaan
anak dengan orang tua
Anak seharusnya percaya kepada orang tuanya
dengan memahami situasi serta kondisi orang tua.
3. Kesediaan anak
untuk berkomunikasi dengan orang tua
Keterbukaan terhadap segala rintangan hidup
kepada orang tua dengan tujuan mendapatkan nasihat, pembekalan, solusi ataupun
yang lainnya. Karena pada dasarnya orang tua lebih banyak pengalaman hidup
dibandingkan seorang anak.
4. Kepuasan anak
terhadap kontrol orang tua.
Kepuasan anak terhadap kontrol orang tua dapat
dirasakan oleh anak jika 3 poin sebelumnya benar-benar dipraktikkan.
Seorang
anak tidak hanya memiliki hak kepada orang tua, akan tetapi mereka juga
memiliki tugas dan kewajiban kepada orang tua (baik orang tua biologis atau
orang tua lainnya). Sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur’an bahwa anak
diwajibkan berbuat kebaikan kepada kedua orang tuanya. Namun terdapat
pengecualian jika keduanya memaksa anak untuk mempersekutukan Allah, maka
seorang anak diperbolehkan untuk tidak mematuhi keduanya.
Jadi,
peran orang tua sangat penting untuk membantu anak-anak menyerap kehidupan yang
sesungguhnya dan menjadikan seorang anak lebih percaya diri terhadap apapun
yang mereka hadapi di dunia ini.
Oleh : Abdullah Muntadhir – Mahasiswa Magister Pendidikan
Bahasa Indonesia di Universitas Islam Malang
Ingin karya tulis Anda terpublikasi di situs web www.salamedukasi.com GRATIS, info lebih lanjut silahkan klik di sini.
0 Response to "Peran Orang Tua Terhadap Masa Depan Anak Oleh Abdullah Muntadhir Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Islam Malang"
Post a Comment