Sahabat Edukasi yang berbahagia... Manusia adalah makhluk pekerja. Dengan bekerja manusia akan mampu
memenuhi segala kebutuhannya agar tetap hidup. Manusia harus bekerja dan
berusaha sebagai manifestasi kesejatian hidupnya demi menggapai kesuksesan dan
kebahgaian hakiki, baik jasmani maupun rohani, dunia dan akhirat. Namun,
bekerja tanpa dilandasi seamangat untuk mencapai tujuan tentu saja akan
sia-sia. Karena itu, sebuah pekerjaaan yang berkualitas seharusnya dilandasi
dengan niat yanng benar dengan disertai semangat yang kuat.
Tujuan bekerja setiap orang berbeda-beda, tergantung pada niatnya,
sebagian orang tidak menghadirkan rasa religius dalam niat bekerjanya akan
berakibat tidak merasa bahagia dalam bekerja, mereka hanya mendapat tujuan dari
bekerjanya atau cukup secara jasmani namun tidak bahagia batinnya. Al Quran
telah menegaskan bahwasannya yang perlu dicari adalah keutamaan dan keridhoan.makna kerja dapat
diartikan sebagai suatu upaya untuk memenuhi kebutuhannya, baik didunia maupun
akhirat. Bekerja bukanlah sekedar untuk memperoleh penghasilan, namun bekerja
yang lebih hakiki merupakan perintah Tuhan untuk menjadi manusia yang
bermanfaat bagi sesamanya. Melalui bekerja, dapat diperoleh beribu pengalaman,
dorongan kerja, bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin.
Sebagian dari umat Islam, masih memahami Islam secara sederhana, yakni
dengan memandang hanya sholat wajib dan sunnah, mengaji, dan beragam ibadah
lainnya. Masih belum banyak yang memahami bahwa islam juga mendorong umatnya
untuk memiliki etos kerja yang handal. Nilai spiritual berupa “keberkahan”
sangatlah penting untuk diutamakan dalam bekerja, bahkan lebih penting dari
segala-galanya. Bayangkan saja jika seseorang melakukan pekerjaan yang tidak
baik atau penghasilan yang tidak halal cepat atau lambat akan berimbas pada keluarganya
maupun dirinya sendiri bahkan orang-orang disekitarnya. Bekerja memang sangat
dianjurkan tetapi harus ada batasannya, jangan sampai kita lupa akan segalanya
yang telah kita punya karena kita sibuk mengejar materi terus menerus. Bisa
kita lihat sendiri sekarang banyak sekali keluarga-keluarga yang hancur karena
kedua orang tuanya terlalu sibuk dengan bekerja sehingga anak-anaknya mengalami
pergaulan bebas karena kurangnya perhatian dari orang tua.
Karena bekerja berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang, hendaknya
setiap pribadi muslim harus mengisinya dengan kebiasaan-kebiasaan yang positif
dan ada semacam kerinduan untuk menunjukkan kepribadiaannya sebagai seorang
muslim dalam bentuk hasil kerja serta sikap dan prilaku yang menuju atau
mengarah kepada hasil yang jenih sempurna. Akibatnya, cara dirinya mengekspresi
sesuatu selalu berdasarkan semangat untuk menuju kepada perbaikan dan terus
berupaya dengan semangat bersungguh-sungguh meghindari yang negatif.
Bekerja menunjukkan pula sikap dan harapan seseorang. Imam Al-Qusairi
mengartikan harapan sebagai keterpaduan hati kepada yang diinginkannya terjadi
di masa yang akan datang. Perbedaan antara harapan dengan angan-angan adalah
bahwasanya angan-angan membuat seseorang menjadi pemalas dan terbuai oleh
khayalannya tanpa mau mewujudkannya. Kita menyaksikan begitu banyak orang yang
berhasil dan mampu mengubah wajah dunia, mereka adalah yang seluruh hidupnya
diabdikan untuk mewujudkan pengetahuan dan harapannya tersebut melalui semangat
kerja yang tak kenal kata mundur atau menyerah. Hidupnya menjadi bermakna
karena ada harapan. Pantaslah Allah SWT menyeru kita untuk tetap memiliki
harapan dan menggolongkan mereka yang berputus asa ke dalam golongan
orang-orang yang sesat.
Di Indonesia tingkat pekerja dan pengangguran masih belum seimbang bahkan
malah lebih banyak yang pengangguran, Badan Pusat Statistik (BPS)
mengungkapkan, pada tahun 2017 telah terjadi kenaikan jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 10.000
orang menjadi 7,04 juta orang pada Agustus 2017 dari Agustus 2016 sebesar 7,03
juta orang. Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, pertambahan jumlah pengangguran tersebut disebabkan oleh
peningkatan jumlah angkatan kerja di Indonesia. "Setahun terakhir, pengangguran
bertambah 10.000 orang menjadi 7,04 juta di Agustus 2017," ujar
Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (6/11/2017). "Jumlah
angkatan kerja yang masuk mencapai 3 juta orang per tahun, jadi komposisi
pekerja dan penganggurannya akan terus naik seiring jumlah penduduk. Tapi yang
penting persentase TPT-nya turun," katanya. Sementara dari tingkat
pendidikan, jumlah pengangguran tertinggi ada pada Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain, yakni mencapai sebesar 11,41
persen. Padahal lulusan SMK sendiri mungkin bisa menyalurkan bakatnya atau
keahliannya di BLK (Balai Latihan Kerja) untuk di bimbing lagi dan nantinya
bisa membuka usaha tersendiri dan malah dapat membantu orang lain.
Mereka sadar bahwa untuk mewujudkan harapannya itu haruslah memiliki kualitas
sehingga mampu bersaing. Hidup adalah sebuah persaingan (fastabiqul khairat). Itulah sebabnya,
untuk menjadikan diri yang berkualitas, dia tak kenal berhenti untuk terus
belajar, belajar, dan belajar. Merekapun sadar bahwa tiga potensi dirinya,
yaitu head, heart, dan hand, hanyalah sebuah khayalan bila tidak ditambah
dengan satu sikap yang mutlak diperlukan, yaitu hard working.
Dalam Islam sendiri telah diperintahkan untuk bekerja, sesuai dengan
sabda Nabi SAW :
“Dari Rifa’ah bin Rafi’ berkata bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya tentang
usaha yang bagaimana dipandang baik?. Nabi menjawab: Pekerjaan seseorang dengan
tangannya dan setiap perdagangan yang bersih dari penipuan dan hal-hal yang
diharamkan.” (HR. Al-Bazzar dan ditashihkan Hakim)
Di dalam hadis tersebut menjelaskan bahwa Islam senantiasa mangajarkan
kepada umatnya agar beruasaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak
dibenarkan seorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa mengharapkan rezeki
datang dari langit tanpa adanya usaha.
Namun demikian, tidak dibenarkan pula terlalu mengandalkan kemampuan diri
sehingga melupakan pertolongan dari Allah SWT dan tidak mau berdoa kepada-Nya.
Telah menjadi sunnatullah di dunia bahwa kemkamuran akan dicapai oleh mereka
yang bekrja keras dan memanfaatkan segala potensinya untuk mencapai keinginannya.
Hikmah dari rezeki yang dihasilkan melalui tangan sendiri adalah terasa lebih
nikmat daripada hasil kerja orang lain juga akan menumbuhkan hidup hemat karena
merasakan bagaimana payahnya mencari rezeki.
Dalam bekerja sangatlah penting kita memperhatikan hal-hal berikut agar
dapat menjadi pekerjaan yang mendapat keberkahan dunia dan akhirat yaitu:
1. Niat
Segala sesuatu memang berdasarkan niat, semua yang terjadi itu tergantung
pada niat awal kita. Maka berniatlah ikhlas karena Allah ta’ala, setelah itu
kita akan merasa bahwa semua yang kita lakukan selalu di awasi oleh Allah dan
di ridhoi-Nya sehingga kita akan selalu berhati-hati dalam melakukan pekerjaan
dan kita akan merasa bersyukur atas apapun yang kita peroleh.
2. Bekerja
keras
Cita-cita adalah penyemangat kita dalam melakukan suatu hal, jika kita
memiliki cita-cita yang tingggi maka kita perlu melakukan kerja keras tanpa ada
rasa menyerah dan puas sebelum terpenuhinya cita-cita. Dalam bekerja kita
seharusnya menjauhi gaya hidup yang hura-hura, membuang uang dengan sia-sia,
dan kita harus selalu ingat tujuan awal kita bekerja dan apa cita-cita kita.
3. Tangguh
dan pantang menyerah
Keuletan merupakan modal yang sangat besar di dalam mengahapi segala
tanatngan atau tekanan (pressur), sebab sejarah telah banyak membuktikan batapa
banyak bangsa yang mempunyai sejarah pahit, namun akhirnya dapat keluar dengan
berbagai inovasi, kohesivitas kelompok, dan mampu memberikan prestasi yang
tinggi bagi lingkungan.
4. Efisiensi
Waktu
Bagi yang mempunyai etos kerja islam ia selalu menganggap waktu adalah
aset Illahi yang sangat berharga, adalah ladang subur yang membutuhkan ilmu dan
amal untuk diolah serta dipetik hasilnya pada waktu yang lain. Waktu adalah
kekuatan. Mereka yang mengabaikan waktu berarti menjadi budak kelemahan. Bila
kita memanfaatkan seluruh waktu, kita sedang berada di atas jalan
keberuntungan. Hal ini sebagaimana firmanNya : “Wal-‘ashri, sesungguhnya
manusia pasti dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh
saling berwasiat dalam kebaikan dan dalam kesabaran.”(Al-‘Ashr : 1-3)
5. Percaya
Diri
Pribadi muslim yang percaya diri tampil bagaikan lampu yang benderang,
memancarkan raut wajah yang cerah dan berkharisma. Orang yang berada
disekitarnya merasa tercerahkan, optimis, tentram, dan muthma’innah. Penelitian
Boyatzis membuktikan bahwa para penyelia, manajer, dan eksekutif yang percaya
diri lebih berprestasi dari orang yang biasa-biasa saja.Percaya diri melahirkan
kekuatan, keberanian, dan tegas dalam bersikap. Berani mengambil keputusan yang
sulit walaupun harus membawa konsekuensi berupa tantangan atau penolakan.
6. Tanggung
Jawab
Tanggung jawab adalah menanggung dan memberi jawaban, demikian pengertian
takwa yang kita tafsirkan sebagai tindakan bertanggungjawab dapat didefinisikan
sebagai sikap dan tindakan seseorang di dalam menrima sesuatu sebagai amanah;
dengan penuh rasa cinta, ia ingin menunaikannya dalam bentuk pilihan-pilihan
yang melahirkan amal prestatif.
7. Kejujuran
Seorang muslim adalah tipe manusia
yang terkena kecanduan kejujuran; dalam keadaan apapun, dia merasa bergantung
pada kejujuran. Diapun bergantung pada amal saleh, dirinya seperti terkena
sugesti yang kuat untuk selalu berbuat amal saleh. Sekali dia berbuat jujur
atau berbuat amal saleh prestatif, dirinya bagaikan ketagihan untuk mengulangi
dan mengulanginya lagi. Dia terpenjara dalam cintanya kepada Allah. Tidak ada
kebebasan yang dia nikmati kecuali dalam pelayanannya kepada Allah.
8. Istiqamah
dan Kuat Pendirian
Pribadi muslim yang profesional dan berakhlak memiliki sikap konsisten yaitu
kemampuan untuk bersikap secara taat asas, pantang menyerah, dan mampu
mempertahankan prinsip serta komitmennya walau harus berhadapan dengan resiko
yang membahayakan dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri dan mengelola
emosinya secara efektif. Tetap teguh pada komitmen, positif, dan tidak rapuh
kendati berhadapan dengan situasi yang menekan. Sikap konsisten telah
melahirkan kepercayaan diri yang kuat dan memiliki integritas serta mampu
mengelola stres dengan penuh gairah.
Seorang yang istiqamah tidak mudah berbelok arah betapapun godaan untuk
mengubah tujuan begitu memikatnya. Dia tetap pada niat semula. Istiqamah
berarti berhadapan dengan segala rintangan masih tetap berdiri. Konsisten
berarti tetap menapaki jalan yang lurus walaupun sejuta halangan menghadang.
Ini bukan idealisme, tetapi sebuah karakter yang melekat pada jiwa setiap
pribadi muslim yang memiliki semangat tauhid laa ilaaha illahhah. Sebagaimana
Bilal yang tetap mengucapkan “ahad…ahad…ahad !!! walaupun dicambuk dan kulitnya
melepuh karena dibakar di atas pasir panas dan ditindih batu yang besar di atas
perutnya. Dan Nabi pernah bersabda bahwa: ”satu keistiqomahan lebih baik dari
seribu karomah”.
9. Profesionalisme
Sebagaimana sabda Nabi SAW
“Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya
Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara
profesional”. (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).
Hadis di atas sudah menjelaskan dengan jelas bahwa Allah mnecintai seseorang yang
apabila dia bekrja dengan profesional, dengan dia profesional berarti dia telah
menerapkan sifat amanah, dan terbukti bahwa dia bekerja sesuai dengan bidang
yang digeluti.
10. Memiliki Sifat Semangat Perubahan
Pribadi yang memiliki etos kerja sangat sadar bahwa tidak akan ada satu
makhlukpun di muka bumi ini yang mampu mengubah dirinya kecuali dirinya
sendiri. Betapapun hebatnya seseorang untuk memberikan motivasi, hal itu
hanyalah sebuah kesia-siaan belaka, bila pada diri orang tersebut tidak ada
keinginan untuk dimotivasi, tidak ada elan api yang menyala-nyala untuk
mengubah diri. Benarlah apa yang difirmankan Allah SWT …..”Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah keadaan
diri mereka sendiri…(Ar-Rad : 11). Ayat ini mengajak kita untuk memainkan
peran, mengubah nasib, dan menempatkan diri dalam posisi diri yang mulia
ataukan yang hina.
Dengan menumbuhkan sikap-sikap di atas, maka kita termasuk seorang muslim
yang menumbuhkan etos kerja yang sesuai dengan tuntunan Nabi, maka akan tumbuh
banyak perkerja yang berkualitas dan mungkin bisa mengurangi tingkat korupsi.
Karena mereka tidak hanya mengejar keduniawian saja, tetapi juga mendapatkan
bekal untuk di akhirat kelak.
Ditulis dan dikirimkan oleh : Novia Fahris Salimi (Mahasiswi
IAIN Kudus)
0 Response to "10 Hal/Cara Membentuk Sikap Etos Kerja Sesuai Dengan Tuntunan Nabi Untuk Mendapatkan Keberkahan Dunia dan Akhirat"
Post a Comment