Malam
ini hujan sangat lebat, ditambah dengan gelapnya dunia. Seperti gelapnya
kehidupanku. Malam yang sangat dingin, aku hanya bisa menangis di sudut kamar
dengan menggenggam sebotol obat tidur di tanganku. Suara itu sudah tak asing
lagi di ruang telingaku, setiap hari aku mendengarnya. Ya, suara perdebatan
orang tuaku. Ada saatnya obat tidur ini akan ku teguk dengan sekali tegukan,
mungkin kalau aku sudah merasa muak dengan kehidupanku. Sekarang, aku hanya
bisa menjadi pendengar setia di sudut kamar dengan deraian air mata. Perdebatan
yang tak ada ujungnya. Entah kapan kebahagiaan berpihak padaku.
Nama
ku Vrantika putri anak satu satunya dari keluarga yang bisa dikatakan kaya
raya. Aku berusia 17 tahun. Aku bersekolah di SMA Tunas Bangsa Bandung dan
duduk di kelas XII IPA A. Berkembangnya perusahaan orang tuaku, mungkin membuat
ku sengsara. Lima tahun terakhir ini, aku merasa kebahagiaanku menghilang,
semenjak berkembangnya perusahaan tersebut. Kehidupan yang mewah tak membuat
hidupku bahagia. Mungkin orang orang berfikir aku bahagia, padahal sama sekali
tidak.
Hanya
dengan selalu tersenyum kepada semua orang, bisa memastikan apakah orang
tersebut bahagia atau tidak?? Jawabannya tidak. Sama sepertiku, semua orang
menggangap ku bahagia dengan segaris senyuman yang kuberikan. Padahal, I just
give "f4k3 smile". Ya, "f4k3 smile" itulah keahlianku,
menyembunyikan kesedihan ku dengan senyuman palsu.
Pagi ini tampak seperti pagi pagi biasannya dengan suasana rumah yang seperti biasanya, ya seperti tak berpenghuni. Kakiku mulai melangkah keluar kamar dengan seragam sekolah yang kukenakan. Satu persatu anak tangga ku turuni dengan tatapan yang tertuju ke arah meja makan. Tak ada yg berbeda, semua sama. Meja makan yg penuh dengan makanan dan minuman tanpa ada yang memakan. Perlahan aku mulai duduk di kursi itu dan aku mulai melihat di sekelilingku. Melihat keberadaan ayah dan ibuku.
"Pasti
mereka sudah pergi bekerja" batinku berkata. Aku mulai menggerakkan tanganku.
Menggambil sepotong roti dan memakannya, lalu meneguk segelas susu vanila. "Where is my happiness??" Batin ku
merintih.
Aku
mulai memarkirkan mobil sport merah milikku, kakiku mulai melangkah keluar
mobil. Aku berjalan ke kelas dengan tatapan kosong. Tanpa ku sadari salah satu
teman ku berjalan tepat disamping ku. "Hey,
What's wrong with you??" Sahut Rila sambil meraih tanganku. "Eeh,
tak ada" jawab ku dengan suara yang hampir tak terdengar. Kami berdua pun
mulai jalan kembali ke kelas dengan ditemani beberapa pembicaraan tanpa makna.
Teng.....
Teng.... Teng... Bel istirahat berbunyi, satu persatu murid dikelasku mulai
keluar kelas, kecuali aku dan Rila. Hari ini aku memilih diam di kelas dengan
sejuta masalah di benak ku. Rila mulai duduk disampingku, "Apa saat ini
kau punya masalah?" Tanyaku dengan wajah datar "Setiap manusia
memiliki masalah untuk di pikulnya, tergantung dia yang menjalani hidupnya.
Kalau dia pandai memilih jalan yang benar dia akan lolos dari masalah itu,
kalau dia berpikir pendek, mungkin dia akan semakin terjerumus ke dalam
masalahnya" jawabnya enteng.
Aku
terdiam, dan memikirkan bagaimana dengan kehidupan ku ke depannya. "Apa
masalah mu saat ini?? Don't lie with me!!"
Sahut Rila lagi "Tidak ada" balas ku dengan melemparkan senyuman
hambar.
Malam
ini aku berharap tak ada keributan dirumahku. Tapi harapan ku tak menjadi kenyataan.
Lagi lagi ibu dan ayahku bertengkar, kurang lebih pukul 10.30 pertengkaran itu
bermula. Ada saja hal kecil yang mereka permasalahkan. Malam ini pertengkaran
mereka tak seperti hari hari biasanya, malam ini justru lebih parah. Aku hanya
bisa menangis menangis dan menangis.
"Sampai
kapan mereka akan bertengkar" batin ku berteriak. Aku mulai muak dengan
semua ini. Aku tersenyum, dengan air yang menetes dari mata ku yg sudah mulai
bengkak. Kepala ku terasa pusing, pandangan ku mulai buram, Lagi lagi aku
tersenyum. "When my happiness come
true?!" Lagi lagi batin kumerintih dan aku mulai tak sadarkan diri
hingga mentari pagi menyapa. Hari ini ibu sengaja tidak ke kantor, karena ingin
mengajak ku holiday, beruntung ibu
masih peduli padaku tidak seperti ayah. Dia sudah pergi bekerja sejak pagi.
Tapi semua terlambat, aku sudah tak sadarkan diri. Ibu mulai cemas dengan ku,
karena tak ada tanda tanda aku keluar kamar. Dia mulai berlari kecil menaiki
anak tangga dan membuka pintu kamarku.
"Vrantikaaaaaaaa!!!"
Teriak ibu yg sangat histeris. Mereka segera membawaku ke rumah sakit terdekat.
Aku masih bisa mendengar isak tangis ibu ku, tapi aku tak sanggup berkata,
sedangkan membuka mata pun aku tak bisa. Dari kejauhan aku medengar suara
langkah kaki yang terburu buru berlari ke arah ku.
"Bagaimana
keadaannya? Tanya orang itu entah kepada siapa. Dan ternyata itu ayah ku. Aku
dibawa masuk ke dalam ruangan yang aroma dan suasana nya sangat asing bagi ku.
Aku diperiksa dan beberapa alat medis menempel ditubuhku. Tapi semua sia sia,
aku sudah tertidur untuk selama lamanya.
Dokter
keluar dengan wajah kecewa. Semuar bertanya bagaimana keadaan ku, dokter hanya
bisa tertunduk dan menggelengkan kepala. Semua tersentak melihatnya, dan mulai
histeris dengan jawaban dokter itu.
Mereka
sangat menyesali perbuatan mereka yang tidak peduli kepadaku. Tapi semua sudah
tak berarti, penyesalah hanya tinggal penyesalan. Karna waktu tak bisa diulang
dan sayangilah selagi ada.
The end
Pengirim
: Jum'atul Fitrah, Pasir Pengaraian, Kab. Rokan Hulu, Sekolah di MAN 1 Rokan
Hulu.
Ingin mengirimkan tulisan karya asli Anda untuk dimuat di
www.salamedukasi.com, silahkan
pelajari di sini: Cara Mempublikasikan / Menerbitkan Karya Tulis Gratis Secara Online di www.salamedukasi.com
0 Response to "Last Smile, Sayangilah Aku Selagi Masih Ada (Karya Jum'atul Fitrah, Pasir Pengaraian, Kab. Rokan Hulu)"
Post a Comment