Sahabat
Edukasi yang berbahagia…
Berikut
Pidato Kenegaraan Presiden Republik Indonesia dalam rangka HUT RI ke-70 Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia di depan sidang bersama dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang
dibacakan di Jakarta pada tanggal 14 Agustus 2016 selengkapnya :
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Damai Sejahtera untuk kita semua, Om
Swastiastu, Namo Buddhaya
Yang saya hormati
Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia;
Yang saya hormati
Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia;
Yang saya hormati
Ketua, para Wakil Ketua, dan para Anggota Lembaga-Lembaga Negara;
Yang saya hormati
Bapak BJ Habibie, Presiden Republik Indonesia Ketiga;
Yang saya hormati Ibu
Megawati Soekarnoputri, Presiden Republik Indonesia Kelima;
Yang saya hormati
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia Keenam, beserta Ibu
Ani Yudhoyono;
Yang saya hormati
Bapak Try Sutrisno dan Bapak Hamzah Haz;
Yang saya hormati
Bapak Boediono beserta Ibu Herawati Boediono;
Yang saya hormati Ibu
Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid;
Yang saya hormati Ibu
Karlina Umar Wirahadikusumah;
Yang saya hormati
para Duta Besar Negara-Negara Sahabat, dan para Pimpinan Perwakilan Badan dan
Organisasi Internasional.
Saudara-saudara
se-Bangsa dan se-Tanah Air,
Hadirin sekalian yang
saya muliakan.
Marilah kita
bersama-sama bersyukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia-Nya kita dapat menghadiri Sidang Bersama Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dalam rangka Peringatan Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70.
Hari ini di depan
sidang yang terhormat, saya akan menyampaikan Pidato Kenegaraan pertama saya
sebagai Presiden Republik Indonesia.
Hadirin yang saya
hormati,
Kita patut
berterimakasih kepada para pendahulu kita, para pemimpin nasional, mulai dari
Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden B.J. Habibie, Presiden
Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati
Soekarnoputri, dan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Atas perjuangan dan
kerja keras para pemimpin nasional tersebut, disertai dukungan sepenuh hati
dari seluruh rakyat Indonesia, hari ini di saat kita memperingati 70 tahun
Indonesia Merdeka, kita mempunyai modal yang lebih dari cukup untuk melompat
maju.
Persatuan Indonesia
sudah kokoh, pendidikan rakyat semakin maju, dan peluang peserta didik untuk
melakukan mobilitas sosial terbuka lebar. Saat ini, kita telah memiliki hampir
300 ribu sekolah, lebih dari dua juta guru, dan hampir 40 juta siswa, tidak
termasuk Taman Kanak-Kanak yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air.
Lebih dari itu,
Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas hingga Rote,
adalah negeri dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, negeri demokrasi
terbesar ketiga di dunia. Dalam hal berdemokrasi, kita telah menjadi salah satu
contoh gemilang di dunia. Dibandingkan dengan tahun 2013, indeks demokrasi kita
naik dari 63,72 menjadi 73,04 pada tahun 2015. Kita juga memiliki pemilih muda
yang kritis, dan bersemangat mengawal jalannya demokrasi dan pemerintahan.
Selain itu, saat ini
Indonesia juga mempunyai jumlah kelas menengah yang signifikan dan akan terus
bertambah seiring dengan bonus demografi yang sedang dan akan kita nikmati.
Dalam 15 tahun terakhir, Indonesia juga mengalami lonjakan Produk Domestik
Bruto, dari sekitar 1000 triliun rupiah, menjadi sekitar 10 ribu triliun rupiah
dan menjadi kekuatan ke-16 ekonomi dunia. Kini Indonesia duduk sejajar dengan
negara-negara maju di Forum G-20.
Hadirin sekalian yang
saya muliakan,
Semua itu menunjukkan
bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Sebagai bangsa yang besar,
kita harus percaya diri, harus optimis, bahwa kita dapat mengatasi segala
persoalan yang menghadang di hadapan kita.
Selama ini kita
terjebak pada pemahaman bahwa melambannya perekonomian global, yang berdampak
pada perekonomian nasional adalah masalah paling utama. Padahal kalau kita
cermati lebih seksama, menipisnya nilai kesantunan dan tatakrama, sekali lagi,
menipisnya nilai kesantunan dan tatakrama, juga berbahaya bagi kelangsungan
hidup bangsa.
Menipisnya budaya
saling menghargai, mengeringnya kultur tenggang rasa, baik di masyarakat maupun
institusi resmi seperti lembaga penegak hukum, organisasi kemasyarakatan,
media, dan partai politik, menyebabkan bangsa ini terjebak pada lingkaran ego
masing-masing.
Hal ini tentu saja
menghambat program aksi pembangunan, budaya kerja, semangat gotong royong, dan
tumbuhnya karakter bangsa.
Lebih-lebih, saat ini
ada kecenderungan semua orang merasa bebas, sebebas-bebasnya, dalam berperilaku
dan menyuarakan kepentingan. Keadaan ini menjadi semakin kurang produktif
ketika media juga hanya mengejar rating dibandingkan memandu publik untuk
meneguhkan nilai-nilai keutamaan dan budaya kerja produktif. Masyarakat mudah
terjebak pada ‘histeria publik’ dalam merespon suatu persoalan, khususnya menyangkut
isu-isu yang berdimensi sensasional.
Tanpa kesantunan
politik, tatakrama hukum dan ketatanegaraan, serta kedisiplinan ekonomi, kita
akan kehilangan optimisme, dan lamban mengatasi persoalan-persoalan lain
termasuk tantangan ekonomi yang saat ini sedang dihadapi bangsa Indonesia. Kita
akan miskin tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Saudara-saudara yang
saya hormati,
Sekarang ini siklus
perekonomian global maupun nasional kurang menggembirakan. Goncangan ekonomi
seperti itu bukanlah yang pertama kali kita rasakan. Kita telah mengalami
berulangkali. Kita optimis dapat melaluinya dengan selamat.
Selain itu, banyak
masalah mendasar yang menuntut penyelesaian. Di bidang pangan, kita belum
mencapai kedaulatan pangan, rentan gagal panen, dan mudah diterpa
ketidakstabilan harga pangan. Di bidang infrastruktur, moda transportasi massal
di tiap wilayah masih sangat kurang dan belum terintegrasi dengan baik.
Di bidang maritim,
illegal fishing, pencurian ikan dan penjarahan sumber daya laut menyebabkan
kerugian negara sangat besar. Sedangkan untuk energi, kita masih menghadapi
masalah ketersediaan tenaga listrik untuk menopang kehidupan warga dan
pembangunan ekonomi. Ditambah lagi, produksi BBM masih defisit sekitar 600 ribu
barel per hari. Sementara itu, di bidang kesehatan, gizi buruk dan angka
kematian ibu yang relatif tinggi masih menjadi masalah utama. Di bidang pendidikan,
rata-rata lama sekolah baru mencapai sekitar 8 tahun dari 12 tahun wajib
belajar. Selain itu, kita juga belum mentas dari kemiskinan dan kesenjangan
sosial, baik antar kelompok masyarakat maupun antarwilayah. Gini ratio tahun
ini masih di atas 0,4. Yang memperihatinkan fenomena kekerasan terhadap anak
diduga juga meningkat.
Indonesia juga
dihadapkan pada beberapa cobaan. Letusan Gunung Sinabung, Gunung Raung, hujan
salju di Papua, dan dampak El-Nino serta perubahan iklim. Tanpa diduga,
beberapa bulan lalu pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara jatuh di Medan
dan merenggut sejumlah prajurit terbaik kita dan masyarakat sipil.
Pemerintah tentu
tidak hanya berpangku tangan. Dengan kemampuan yang ada, kita berikan bantuan
dan pertolongan kepada warga yang tertimpa musibah. Kita berikan penghormatan
dan penghargaan kepada para prajurit yang gugur akibat jatuhnya pesawat Hercules.
Saudara-saudara
se-Bangsa dan se-Tanah Air,
Sejarah telah
mengajarkan kepada kita, kunci untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut
adalah persatuan. Persatuan! Pada tahun-tahun awal kemerdekaan, bangsa
Indonesia terus dihadapkan pada persoalan besar, yaitu melawan penjajah yang
ingin kembali berkuasa.
Dalam kondisi sulit
seperti itu, hubungan antara pemimpin dengan pemimpin, antara pemimpin dengan
rakyat, dan antara rakyat dengan rakyat, justru terjalin sangat erat dan
mendalam. Semangat persatuan mereka laksana semen yang menyatukan butir-butir
pasir menjadi pilar yang kokoh. Karena persatuan itu, kita tetap menjadi bangsa
yang merdeka dan bermartabat.
Oleh sebab itu, untuk
mengatasi seluruh persoalan bangsa dewasa ini, kita harus tetap utuh, bekerja
bahu membahu, tidak boleh terpecah belah oleh pertentangan politik dan
kepentingan jangka pendek.
Sehingga kedaulatan
politik, kemandirian ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan dapat
terwujud. Seperti Saudara-saudara ketahui, saya baru saja melakukan perombakan
Kabinet Kerja. Keputusan ini saya ambil guna memperkuat kinerja Pemerintah
untuk percepatan implementasi program aksi pembangunan. Para putra terbaik
bangsa harus mau berkeringat, membanting tulang membangun bangsa dan negara.
Bagi saya, perombakan Kabinet Kerja adalah salah satu jembatan terbaik untuk memenuhi
janji saya pada rakyat, yaitu meningkatkan kesejahteraan dalam perikehidupan
mereka.
Saudara-saudara yang
saya banggakan, Konsolidasi demokrasi telah kita raih. Kini saatnya, demi menjaga
kepentingan nasional, kita lakukan transformasi fundamental perekonomian
nasional. Paradigma pembangunan yang bersifat konsumtif harus diubah menjadi
produktif. Pembangunan harus dimulai dari pinggiran, dari daerah dan desa-desa,
dengan meningkatkan produktivitas sumberdaya manusia, memanfaatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan digerakkan oleh sikap mental kreatif, inovatif,
dan gigih.
Dengan cara itu juga,
kita akan manfaatkan sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Tanpa
keberanian melakukan lompatan tersebut, kita tidak akan pernah bisa meletakkan
fondasi pembangunan nasional yang kokoh, mandiri secara ekonomi, dan menegakkan
kepentingan nasional.
Sejauh ini Pemerintah
senantiasa menjaga APBN tetap sehat, berkualitas, dan berkelanjutan. Kebijakan
fiskal diarahkan untuk mendukung kemandirian fiskal melalui peningkatan
penerimaan tanpa mengganggu iklim investasi. Kita kurangi ketergantungan pada penerimaan
dari sumberdaya alam. Kita kendalikan defisit anggaran dalam batas aman, dan
kita jaga debt ratio, rasio hutang dalam batas yang terkendali. Selain itu,
kita juga tata kembali sistem subsidi agar lebih tepat sasaran. Kita juga
dorong pembangunan infrastruktur, ketahanan pangan, dan perlindungan sosial.
Saudara-saudara
se-Bangsa dan se-Tanah Air,
Saya memahami,
kebijakan yang saya ambil di awal pemerintahan adalah kebijakan yang tidak
populer. Pemerintah seakan-akan tidak berpihak kepada rakyat. Namun, moral
politik saya mengatakan, saya harus bertindak dan menghentikan praktik yang
tidak benar.
Langkah awal yang
saya tempuh adalah mengalihkan subsidi bahan bakar minyak ke sektor-sektor
produktif dan jaring pengaman sosial. Selain itu juga menata jalur pengadaan
dan distribusi BBM. Kita harus meninggalkan perilaku konsumtif menjadi
produktif.
Sebagai ilustrasi,
tahun 2014, sekitar 240 triliun rupiah subsidi BBM hanya dibakar di
jalan-jalan, hanya dibakar-bakar dan dinikmati oleh jutaan mobil pribadi; bukan
dinikmati oleh masyarakat yang tinggal di gunung-gunung, di pesisir-pesisir, di
pulau-pulau terpencil, atau mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Itulah yang saya
sebut sebagai praktik yang tidak benar tersebut. Padahal uang sebesar itu dapat
digunakan untuk membangun sekolah, membangun rumah sakit, meningkatkan
kesejahteraaan rakyat melalui program ekonomi produktif dan perlindungan
sosial, serta membangunlebih banyak lagi infrastruktur.
Hadirin sekalian yang
saya muliakan,
Pemerintah menyadari
kebijakan pengalihan subsidi BBM untuk sementara waktu mengurangi kenyamanan
hidup kita. Namun untuk jangka panjang, kebijakan yang saat ini dirasa pahit,
pada saatnya akan berbuah manis.
Banyak infrastruktur
dan fasilitas publik yang dapat dibangun pemerintah untuk dimanfaatkan oleh seluruh
masyarakat. Banyak program bantuan sosial untuk kelompok masyarakat miskin yang
dapat diberikan pemerintah untuk membantu mereka keluar dari belenggu kemiskinan.
Banyak program perlindungan sosial yang dapat dijalankan secara berkelanjutan
untuk seluruh masyarakat dan pekerja.
Juga banyak usaha
Mikro, Kecil dan Menengah yang bisa digerakkan. Semua itu bisakita lakukan
dengan pengalihan subsidi BBM dan subsidi-subsidi lainnya yang saat ini tidak
tepat sasaran.
Bagi masyarakat kita
yang kurang beruntung, yang rentan terhadap perubahan, pemerintah menyiapkan
Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Keluarga Sejahtera, dan
Asistensi Sosial untuk Penyandang Disabilitas Berat. Pemerintah juga akan terus
mendukung efektivitas dan keberlanjutan program Sistem Jaminan Sosial Nasional,
baik Jaminan Kesehatan Nasional maupun Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.
Berbagai program itu
merupakan jaring pengaman sosial agar saudara-saudara kita yang kurang
beruntung, pada saat terjadi gejolak tidak mengalami penurunan tingkat
kesejahteraan. Mereka harus tetap menjadi bagian dari pembangunan nasional yang
produktif.
Saudara-saudara yang
saya muliakan, Sejalan dengan nafas Nawacita, Pemerintah saat ini terus mempercepat
pembangunan infrastruktur. Kita bangun jalan tol yang tidak lama lagi akan
menyambungkan Pulau Jawa, bahkan dalam beberapa tahun ke depan, akan terbentang
di Pulau Sumatera. Kita bangun pula jalur kereta api di Sulawesi dan segera di
Kalimantan dan Papua; kita bangun lebih banyak waduk; dan pelabuhan-pelabuhan
untuk mendukung tol laut dengan tambahan banyak galangan kapal.
Di bidang energi,
dalam sepuluh bulan ini, pemerintah sudah memulai membangun lebih banyak
pembangkit listrik di berbagai pelosok Tanah Air. Sehingga dalam kurun waktu
lima tahun ke depan, kita bisa penuhi kebutuhan listrik yang menopang kemajuan
industri dan pencapaian rasio elektrifikasi yang tinggi, guna menjamin
pertumbuhan ekonomi bagi lompatan kemajuan bangsa kita.
Kita juga perbanyak
pasar rakyat, agar menjadi penyangga pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan rakyat, dan memberikan insentif fiskal bagi kegiatan ekonomi
produktif. Sejalan dengan itu, Pemerintah juga mempercepat pembangunan Kawasan Ekonomi
Khusus dan Kawasan Industri di luar Pulau Jawa, khususnya untuk industri
pertanian dan pertambangan.
Pemerintah juga
mengupayakan agar beragam program aksi pembangunan itu dapat dikelola dengan
mengedepankan kapasitas dan daya inovasi anak bangsa sendiri. Program aksi
pembangunan itu, khususnya untuk ekonomi kreatif, harus bisa menjadi akses
untuk perolehan lapangan kerja yang makin berkualitas, perbaikan kesejahteraan
serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi anak bangsa.
Hadirin sekalian yang
saya muliakan,
Saya ingin
membuktikan bahwa kita tidak boleh lagi memunggungi samudera dan laut. Laut
kita yang terbentang luas, memiliki potensi ekonomi, potensi pertahanan, dan
potensi persatuan. Lingkungan laut yang kini terancam oleh perubahan iklim
perlu kita selamatkan. Kita jugaharus melindungi laut kita dari ancaman
keamanan seperti pencurian ikan dan penjarahan sumber daya laut. Kapal-kapal
yang tertangkap harus menghadapi ketegasan kita, termasuk ditenggelamkan. Hukum
internasional juga menentang pencurian ikan dan penjarahan sumber daya laut.
Salah satu agenda
saya yang terpenting adalah mewujudkan tol laut. Tol laut yang menjadi bagian
dari infrastruktur maritim akan dilengkapi dengan galangan-galangan kapal yang
produktif. Insya Allah, kebijakan ini akan mendorong peningkatan ekonomi
maritim yang berkesinambungan, kelestarian laut, dan tata ruang laut yang baik.
Seiring dengan itu, kita juga harus menggali lagi budaya maritim dan identitas
maritim bangsa Indonesia. Kita harus mampu menunjukkan kepada dunia, bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa maritim. Bangsa yang menjaga dan mendayagunakan
lautnya dengan penuh kesungguhan.
Itulah bagian awal
dari upaya kita untuk menjadi Poros Maritim Dunia. Poros Maritim yang tidak
saja digagas untuk menciptakan ketahanan nasional tetapi juga ketahanan
regional dan global. Strategi inilah yang tengah digodok dan akan dituangkan
menjadi Kebijakan Kelautan Nasional Indonesia.
Hadirin sekalian yang
saya hormati,
Guna mendorong
penguatan ekonomi nasional melalui transformasi fundamental, Pemerintah
mewajibkan penggunaan rupiah untuk transaksi di dalam negeri. Langkah ini untuk
menunjukkan bahwa kita adalah Negara berdaulat. Transformasi ekonomi juga
memerlukan topangan yang kuat dari bidang-bidang lain seperti politik luar
negeri, pertahanan dan keamanan, penegakan hukum, dan penghargaan pada hak
azasi manusia.
Tanpa sinergi
bidang-bidang tersebut, tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara tidak akan
kokoh. Seperti digariskan dalam UUD 1945, prinsip dasar politik luar negeri kita
adalah bebas aktif. Prinsip ini menuntut Indonesia menentukan kebijakan politik
luar negeri secara bebas, mandiri, dan tanpa beban aliansi. Indonesia ikut
serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
Untuk itu Indonesia
akan terus mengirimkan pasukan perdamaian ke berbagai belahan dunia, menjadi
penengah konflik, memberikan kepemimpinan dalam pembuatan norma-norma regional
dan global. Indonesia akan terus berkontribusi dan berperan dalam menciptakan keamanan
di Asia Tenggara, serta memberikan kepemimpinan di Samudra Hindia, di mana
Indonesia akan menjadi pemimpin Indian Ocean Rim Association pada 2015-2017.
Indonesia juga terus mendukung kemerdekaan Palestina dari penjajahan dan
kedzaliman serta menyerukan agar saudara-saudara Muslim di Timur Tengah
meletakkan senjata dan berdamai demi kepentingan ukhuwah Islamiyah.
Kita juga akan
membangun kekuatan pertahanan Negara yang tangguh dengan memberdayakan
alutsista produksi dalam negeri. Kita harus memiliki kekuatan pertahanan Negara
yang tidak hanya sebatas kekuatan esensial minimum, namun kekuatan yang mampu mengamankan
dan menjaga kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta melindungi
sekitar 250 juta warganya. Kekuatan pertahanan yang kita bangun itu harus tetap
menjunjung tinggi karakter negara dan bangsa Indonesia sebagai negara dan
bangsa yang cinta damai.
Sejalan dengan itu,
dalam rangka penegakan hukum dan pemberantasan korupsi, Pemerintah mendorong
sinergi KPK-POLRI Kejaksaan Agung agar bahu membahu dalam bekerja dan menjadipendorong
pembangunan. Sinkronisasi dan harmonisasi antar lembaga penegak hukum terus
ditingkatkan sehingga terbangun sistem hukum yang modern, yang menekankan aspek
preventif dan fasilitatif.
Pemerintah juga telah
membentuk Panitia Seleksi Pimpinan KPK yang terdiri dari para tokoh masyarakat
yang kredibel, independen, dan berintegritas. Semoga terpilih pimpinan KPK yang
amanah, yang dapat membawa lembaga anti-rasuah itu bekerja efektif, dan dapat
bekerjasama dengan penegak hukum lainnya, membersihkan jubah Republik yang dikotori
oleh korupsi.
Hadirin sekalian yang
saya muliakan, Secara khusus saya ingin memberikan perhatian kepada tanah Papua.
Pemerintah berkomitmen untuk membangun Papua dan menjadikan Papua sebagai Tanah
Damai. Kerusuhan seperti kasus Tolikara, seharusnya tidak terjadi lagi di masa
depan. Pemerintah memberikan akses bagi wartawan asing untuk masuk dan meliput
di Papua.
Pemerintah juga
berkomitmen untuk melindungi masyarakat adat yang menghadapi konflik agraria,
menurunkan emisi karbon dengan menghentikan kebakaran hutan, mengelola hutan
secara lestari, melindungi nelayan dari para pencuri ikan dari negara-negara
lain, melindungi generasi mendatang dari ancaman bahaya narkoba, serta membentuk
komite rekonsiliasi untuk pelanggaran HAM berat.
Saat ini Pemerintah
sedang berusaha mencari jalan keluar paling bijaksana dan mulia untuk
menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM di Tanah Air. Pemerintah menginginkan
ada rekonsiliasi nasional sehingga generasi mendatang tidak terus memikul beban
sejarah masa lalu. Anak-anak bangsa harus bebas menatap masa depan yang terbentang
luas. Semua itu merupakan langkah awal pemerintah untuk menegakkan kemanusiaan
di bumi Nusantara.
Saudara-saudara
se-Bangsa dan se-Tanah Air, Hadirin sekalian yang saya muliakan, Di akhir
pidato kenegaraan yang terhormat ini, saya ingin berterimakasih atas ketulusan,
kesabaran, dan optimisme Saudarasaudara dan seluruh rakyat Indonesia, sehingga
Pemerintah mempunyai ruang untuk melakukan transformasi fundamental
perekonomian nasional.
Juga kepada beberapa
perwakilan Saudara-saudara kita dari daerah-daerah terpencil, pulau-pulau
terdepan, pedalaman, dan para juara olimpiade sains dan teknologi, olah raga,
dan lain-lain, atas prestasi dan dedikasinya yang luar biasa, yang ikut hadir
bersama-sama kita di ruangan yang terhormat ini.
Kita membutuhkan
lebih banyak lagi pejuang-pejuang pembangunan seperti Saudara-saudara, yang
menjunjung tinggi nilai-nilai Integritas, Etos Kerja, dan semangat Gotong
Royong. Untuk itu, pada hari ini saya menegaskan kembali perlunya gerakan
nasional revolusi mental. Gerakan tersebut akan menyuburkan kembali nilai-nilai
semangat juang, optimisme, kerja keras, kesantunan, tatakrama, dan memperkokoh
karakter bangsa, serta memperkuat tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Dengan dukungan
tulus, kesabaran, dan sikap optimis seluruh rakyat Indonesia, Insya Allah
transformasi fundamental ekonomi nasional yang dijalankan pemerintah pada
saatnya akan berbuah manis. Mengakhiri pidato ini, saya ingin mengingat pesan
Bung Karno pada Sewindu Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal
17 Agustus 1953; “...kita tidak bertujuan bernegara hanya satu windu saja, kita
bertujuan bernegara seribu windu lamanya, bernegara buat selama-lamanya.”
Untuk hidup sejahtera
perlu kerja keras, butuh pengorbanan. AYO KERJA untuk bangsa! AYO KERJA untuk
negara! AYO KERJA untuk rakyat!
Dirgahayu Republik
Indonesia!
Terimakasih.
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh, Om Shanti Shanti Shanti Om, Namo Buddhaya.
Jakarta, 14 Agustus
2015
PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA,
JOKO WIDODO
Download
selengkapnya Pidato Kenegaraan Presiden RI Dalam HUT RI Ke-70 Tahun 2015 di depan
Sidang Bersama DPR-RI dan MPR-RI pada links sumber artikel berikut ini. Semoga
bermanfaat dan terimakasih… Salam Edukasi...!
0 Response to "Pidato Presiden Republik Indonesia Dalam HUT RI Ke-70 di Depan Sidang Bersama DPR-RI dan MPR-RI Tahun 2015"
Post a Comment