Sahabat
Edukasi yang berbahagia…
Sebagai
olahraga asli Indonesia, pencak silat telah tersebar ke berbagai penjuru tanah
air. Olahraga ini juga telah menjadi agenda rutin pertandingan dunia yang
diikuti banyak negara.
Namun, secara prestasi, di tingkat pelajar, sebut saja dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), atlet-atlet dari Pulau Jawa masih mendominasi. Lalu bagaimana dengan pengembangan pencak silat di kawasan Indonesia bagian timur?
Namun, secara prestasi, di tingkat pelajar, sebut saja dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), atlet-atlet dari Pulau Jawa masih mendominasi. Lalu bagaimana dengan pengembangan pencak silat di kawasan Indonesia bagian timur?
(Kiri-kanan)
Jupri, Olivia, Kandacong
|
Namun
Kandacong tidak menyerah. Ia gencar memberi penjelasan kepada siswa dan
anak-anak Papua agar juga mencintai
pencak silat sebagai budaya warisan leluhur. Antusiasme siswa terhadap pencak silat begitu potensial. Perlu perhatian
serius Pemda dan pelatih.
Ia
mendukung kebijakan Pemerintah Daerah yang menerapkan sistem lima hari belajar
dan satu hari kegiatan ekstrakurikuler. Pencak
silat menjadi program ekstrakurikuler. “Kami berharap pencak silat dimasukkan
ke dalam suatu kurikulum. Ini yang kami tunggu,” ucapnya.
Jupri,
rekan Kandacong, justru melihat antusiasme anak-anak Papua terhadap pencak
silat. Sebagian mereka yang berminat pencak silat mengikuti kelas khusus
olahraga. “Pembiayaannya dari Pusat,” ujar pelatih pencak silat yang juga guru
di SMP Negeri 2 Sentani, Kabupaten Jayapura, ini.
Sumba
Timur, Nusa Tenggara Timur, punya Doney Soefyan. Ia mencetak atlet-atlet pencak
silat berbakat di sana dan mengorbitkan mereka hingga kejuaraan nasional dan
internasional. Melalui sanggar seni dan olahraga Karta Negara, anak-anak yang
berminat pada pencak silat dilatih. “Suku asli mayoritas Sumba Timur yaitu Sumba
dan Sabu. Banyak dari mereka yang bergabung di Sanggar,” ucap Nelis Jo, pelatih
pencak silat asal NTT.
Selain
turut melatih di sanggar itu, Nelis juga mengajar di SMP Negeri 2 Pandawai,
yang letaknya sekitar 38 kilometer dari sanggar yang terletak di Kota Waingapu.
“Saya salah satu guru yang paling siap berkorban. Tidak cari untung,” ujarnya.
Menurut
Nelis, dalam waktu dekat Pemda akan menerapkan penambahan jam efektif untuk
pencak silat. Selama dua jam, usai jam pulang sekolah, siswa diwajibkan mengikuti
pencak silat.
Di
Maluku, minat siswa terhadap pencak silat tergolong baik. Pencak silat di
sekolah sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Samsudin, pelatih pencak
silat kontingen Maluku, seleksi kompetisi pencak silat seperti di ajang O2SN
sudah berjalan baik. Seleksi dilakukan mulai dari tingkat sekolah, gugus,
kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi.
Namun,
Samsudin berharap, Pemda sedianya memberi perhatian pada pembinaan kontingen
sebelum berangkat ke arena kompetisi. “Waktunya tidak hanya seminggu. Pelatih
juga dibina,” ucap pelatih pencak silat di SMP Negeri 14 Ambon ini.
Pembinaan
pencak silat di Indonesia bagian timur terus berjalan. Bibit-bibit atlet andal
terus disiapkan. Suatu saat, mereka muncul ke permukaan dan menjadi juara,
menyapu dominasi Jawa.* (Billy Antoro)
0 Response to "Perkembangan Pencak Silat Dan Minat Siswa di Indonesia Bagian Timur"
Post a Comment