Sahabat
Edukasi yang berbahagia…
Faktor
utama kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kebiasaan positif
dari masyarakat yang menjadi bagian dari bangsa itu sendiri.
Salah
contohnya adalah negera Jepang dimana di sana perpustakaan menjadi jaminan
pendidikan di Jepang untuk memajukan generasi muda. Makanya, perpustakaan
dengan koleksi komplet menjadi andalan bagi sekolah-sekolah di Jepang untuk
menggaet calon-calon siswa.
"Perpustakaan
adalah salah satu ciri sekolah di Jepang," tutur School System Coordinator untuk Hikari Japanese School, Wiginy
Kusliawan, di Jakarta pada Senin (2/3/2015).
Media
massa di Tokyo, Jepang, Yoshiko Shimbun, dalam wartanya beberapa waktu silam
menunjukkan bahwa kebiasaan membaca di
Jepang berawal dari sekolah.
Sebelum memulai pelajaran, guru mewajibkan siswa membaca selama sepuluh menit. Menariknya, kebiasaan ini berlangsung lebih dari 30 tahun.
Sebelum memulai pelajaran, guru mewajibkan siswa membaca selama sepuluh menit. Menariknya, kebiasaan ini berlangsung lebih dari 30 tahun.
Jam
masuk sekolah di Jepang dimulai pada pukul 07.00 waktu setempat. Tetapi gerbang
sekolah mulai ditutup 15 menit sebelum pelajaran formal dimulai. Pada jam
inilah biasanya peraturan tersebut dilaksanakan. Dengan demikian, pada lima
belas menit pertama anak-anak sekolah dasar diwajibkan membaca buku apa pun
yang dipilihnya dari perpustakaan sekolah.
Bisa
dibilang, Jepang merupakan macan Asia, di mana segala kemajuan, mulai dari
kemajuan perekonomian hingga teknologi, berjalan sangat pesat. Pada dasarnya,
kemajuan yang dicapai Jepang pada saat ini merupakan buah dari kerja keras
pemerintah Jepang untuk membangun budaya literasi yang dimulai sejak dari
bangku sekolah dasar.
Menurut
Yoshiko Shimbun, sebuah harian nasional Jepang terbitan Tokyo, kebiasaan
membaca di Jepang diawali dari sekolah. Para
guru mewajibkan siswa-siswanya untuk membaca selama 10 menit sebelum melakukan
kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Kebijakan
ini telah berlangsung selama 30 tahun. Para ahli pendidikan Jepang mengakui
bahwa pola kebiasaan yang diterapkan ini terlalu bersifat behavioristik, di
mana terdapat reward (penghargaan)
dan punishment (hukuman) dalam pelaksanaan aturan tersebut. Namun, pembiasaan
yang dilakukan dari tingkat sekolah dasar dinilai cukup efektif, karena
dilakukan pada anak-anak sejak usia dini.
Awalnya,
seperti yang disebutkan harian tersebut, pelaksanaan regulasi tersebut memang
sulit dilakukan, mengingat para murid memiliki latar belakang keluarga dan
lingkungan yang berbeda. Namun, karena pola pendidikan di Jepang didesain
sedemikian sehingga berkesinambungan dengan pola pendidikan di rumah, sehingga
dalam pelaksanaannya, orangtua juga proaktif mengembangkan kebiasaan baca di
sekolah.
Jam
masuk sekolah di Jepang dimulai pada pukul 07.00 waktu setempat. Tetapi gerbang
sekolah mulai ditutup 15 menit sebelum pelajaran formal dimulai. Pada jam
inilah biasanya peraturan tersebut dilaksanakan. Dengan demikian, pada lima
belas menit pertama anak-anak sekolah dasar diwajibakan membaca buku apapun
yang dipilihnya dari perpustakaan sekolah.
Tidak
hanya itu, pola pendidikan di Jepang juga dibuat untuk mendorong siswa agar
aktif membaca, seperti mempresentasikan karya sastra klasik, membuat kelompok story telling berdasarkan buku yang
telah dibacanya untuk kegiatan amal yang berlangsung pada akhir tahun
pelajaran.
Saat
ini peraturan ini memang tak seketat ketika pertama kali diterapkan. Banyak
sekolah yang tidak menyebutkan peraturan tersebut secara tertulis. Namun
demikian, budaya baca yang telah tertanam pada pelajar di Jepang rupanya
membuat siswa-siswa ini secara sadar dan mandiri membuka ruang-ruang diskusi
ilmiah informal di luar jam pelajaran mereka, dengan salah satu agendanya
adalah membahas banyak buku-buku yang tengah terbit ataupun fenomenal.
Referensi
artikel :
0 Response to "Kebiasaan Membaca Orang Jepang Diawali Dari Sekolah – Seluruh Peserta Didik Wajib Membaca Selama 10 Menit Sebelum KBM"
Post a Comment