Sahabat
Edukasi yang sedang berbahagia...
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan, orangtua menjadi penentu sukses tidaknya anak, namun jika bicara kesiapan orangtua dalam mendidik anaknya tentu saja paling tidak siap. "Orangtua paling tidak siap jika berbicara pendidikan anaknya," kata Anies Baswedan pada Dzikir Nasional yang ke-13 di Masjiod At Tin Jakarta Timur, Kamis malam.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengatakan, orangtua menjadi penentu sukses tidaknya anak, namun jika bicara kesiapan orangtua dalam mendidik anaknya tentu saja paling tidak siap. "Orangtua paling tidak siap jika berbicara pendidikan anaknya," kata Anies Baswedan pada Dzikir Nasional yang ke-13 di Masjiod At Tin Jakarta Timur, Kamis malam.
Hadir
pada acara tersebut Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Dasar dan Menengah Anies Baswedan, Menteri Perdagangan Rahmat Gobel,
mantan Ketua PB NU KH Hasyim Muzadi, AM Fatwa, KH Yusuf Mansur, Muzamil
Basyuni, Wakil Ketua 1 Pelaksana Harian Masjid At-Tin,HM. Sutria Tubagus dan
sejumlah tokoh agama lainnya.
Ribuan
umat Muslim memenuhi masjid At Tin sejak shalat magrib. Acara dzikir dimulai
usai shalat Isya. Sebelum acara dibuka, acara diisi dengan pembacaan ayat-ayat
suci Al Quran. Ia mengatakan, pendidikan bagi seorang anak tidak sekedar
melahirkan kepandaian. Tetapi muaranya adalah menghasilkan anak berakhlak
mulia. Untuk mencapai anak yang berakhlak mulia itu tidak melulu harus lewat
lisan, tulisan tetapi lebih penting adalah melalui keteladanan orangtua.
Anies
menyebut contoh barang dan peralatan bawaan jemaah masjid At Tin yang diminta
oleh panitia penyelenggara agar ditempatkan di muka atau di hadapan jemaah.
Maksudnya, agar barang bawaan jemaah tidak diambil atau berpindah tangan kepada
pihak yang tak bertanggung jawab. Dengan kata lain, untuk menghindari copet.
Mengapa
hal itu sampai diumumkan. Tidak lain karena ketidakjujuran dan merosotnya ahlak
belakangan ini sudah menjadi keprihatinan berbagai pihak. Dan, dalam acara dzikir
nasional yang dikaitkan pula dengan pergantian tahun baru, menurutn dia, sudah
sepantasnya semua pihak melakukan perenungan, introspeksi atau melakukan
koreksi terhadap perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan diri sendiri. Mawas
diri sangat diperlukan. Untuk itu, kembali pada pendidikan yang menjadi
peranan.
"Sudahkah
kita menghasilkan anak terdidik. Berakhlak mulia dan jujur," tanya Anies.
Mendidik
anak berakhlak mulia, khususnya yang berkaitan erat dengan kejujujran, menurut
dia, tidak dibutuhkan terori yang muluk atau rumit. Conth yang simpel, jika
anak pada saat puasa di bulan Ramadhan bermain bola kemudian kembali ke rumah
minta minum pada orangtuanya. Orangtua harus memposisikan bersikap bijak.
Dengan mengatakan, misalnya, boleh minum namun pada puasan hari berikutnya
diingatkan anak bersangkutan tak lagi bermain bola.
Anak
yang terus terang minta izin minum tadi, menurut Anies, menunjukan diri sebagai
orang jujur. Hal itu harus diapresiasi. Padahal, jika si anak mau minum tanpa
minta izin orangtua pun bisa dilakukan saat itu juga.
"Jika
saja setiap rumah sudah menghasilkan anak jujur, ke depan, bangsa Indonesia
akan jujur dimana pun bermukim. Negeri ini bisa melahirkan orang jujur,"
kata Anies lagi.Terkait dengan dzikir nasional, ia berharap dapat mengubah
kebiasaan orang yang menyambut tahun baru dengan hura-hura, dan diganti dengan
aktivitas bernuansan Islami. (Pewarta:
Edy Supriatna Sjafei, Editor: Tasrief Tarmizi)
Sumber
gambar & artikel : Antara News
0 Response to "Orangtua Penentu Sukses Pendidikan Anak – Mendikbud, “Orangtua Paling Tidak Siap Jika Berbicara Tentang Pendidikan Anaknya”"
Post a Comment