Sahabat
Edukasi yang sedang berbahagia...
Aparatur negara, baik PNS atau pejabat lainnya, kini harus berbeda setelah terjadinya perubahan politik nasional. Selain harus siap menjadi pelayan masyarakat, pejabat tidak boleh lagi hanya 'manthuk-manthuk' (manggut-manggut - red) seperti jaman dulu.
Aparatur negara, baik PNS atau pejabat lainnya, kini harus berbeda setelah terjadinya perubahan politik nasional. Selain harus siap menjadi pelayan masyarakat, pejabat tidak boleh lagi hanya 'manthuk-manthuk' (manggut-manggut - red) seperti jaman dulu.
Seniman
Butet Kertaradjasa mengatakan, PNS atau pejabat dimasa lalu selalu ditakuti
oleh masyarakat. Mereka biasanya terlihat seram, congkak dan menakutkan.
Pegawai rendahan yang punya inisiatif,
saat itu justru disingkirkan oleh para atasan atau penguasa masa itu.
Di era sekarang, yang sudah terbebas dari ketakutan, masyarakat boleh kritis, bebas memberi masukan. Untuk itu diperlukan perubahan mindset, menciptakan kultur baru di masyarakat, bahwa PNS di era sekarang adalah pelayan masyarakat.
Di era sekarang, yang sudah terbebas dari ketakutan, masyarakat boleh kritis, bebas memberi masukan. Untuk itu diperlukan perubahan mindset, menciptakan kultur baru di masyarakat, bahwa PNS di era sekarang adalah pelayan masyarakat.
Butet
Kertaradjasa, ketika menjadi salah satu
narasumber pada sarasehan Pemkab Kulon Progo yang bertemakan Peningkatan
Kapasitas Aparatur, di obyek wisata alam Dolan Ndeso, Kalibawang, Kulon
Progo,DIY Jum’at malam (19/12). Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini
diikuti 132 pejabat eselon IV yang tersebar di seluruh SKPD lingkup Pemkab
Kulon Progo.
“Kita
semua di era ini tidak bisa mengelak untuk mengambil peran di era perubahan
ini. "Bukan jamannya PNS hanya manthuk-manthuk. Dalam dinamika perubahan
ini Gubernur, Bupati, Walikota sudah
terbuka. Tetapi kalau kaki-kakinya tidak bisa mengimbangi, maka semangat
perubahan itu konyol, " ujarnya.
Karena
itu, menurut Butet , pimpinan dan jajarannya harus mempunyai visi yang sama. Kasihan para pemimpin yang sudah benar tetapi
kaki-kakinya belum benar maka jalannya akan terpincang-pincang, "Itulah yang sering saya katakan kepada
tema-teman PNS. Tapi mereka kadang mengatakan, sudah kritis dan bupatinya ok,
tetapi atasannya saya itu lho, Pak, nanti terus dimutasi,” terang Butet yang
disambut geerr dan tepuk tangan semua peserta.
Pembawa
acara Sentilan Sentilun yang selalu tampil bersama aktor kondang Slamet
Rahardjo di salah satu televisi swasta nasional ini menambahkan bahwa perjuangan
itu tidak berhenti dalam waktu pendek. Sejauh kita konsisten meyakini bahwa
kebenaran itu yang diperjuangkan, pada saatnya pengakuan itu akan datang. Salah
satunya telah dibuktikan oleh Presiden saat ini yaitu Joko Widodo.
Dikatakan,
Pak Jokowi yang awalnya bukan kader partai, dengan segala hambatan ketika
menjadi walikota Solo, menjadi Gubernur DKI dan saat Pilpres, tetapi
karena mengusung nilai dan dengan
meyakini kebenaran, ketika usia kerjanya yang baru dua bulan, kita bisa melihat
kinerjanya. Pemimpin saat ini tidak menghujat masa lalu. Dengan tata krama, etika para menterinya juga
tidak menghujat masa lalu, tetapi melakukan tindakan nyata. Masyarakat sendiri yang menyimpulkan, 10
tahun lalu itu kerja apa, imbuh Butet.
Butet
berharap aparatur sipil negara di Kulon Progo mampu memberikan pelayanan yang
terbaik kepada masyarakat. Keberhasilan itu akan tampak dari sejauh mana
pelayanan yang sudah memberikan manfaat bagi masyarakat, tuturnua.
Bupati
Kulon Progo H.Hasto Wardoyo dalam kesempatan itu menekankan agar para pemimpin di Kulon Progo selalu
mengedepankan kebersamaan dengan
mengusung visi yang sama, sehingga tidak berpikir parsial, bukan lagi ego sektoral, atau berpikir
terkotak-kotak, tetapi sistem.
“Harus
kita sadari bersama bahwa visi kebersamaan dalam suatu sistem itu penting,
meskipun memang kadang sangat sulit karena sistem itu sangat kompleks dan
detail. Sukses SKPD itu sebenarnya juga dipengaruhi oleh SKPD yang lain, untuk
itu jangan ada egoisme SKPD,” tegas Hasto.
Sekda
Kabupaten Kulon Progo RM.Astungkoro mengatakan, kegiatan seperti ini baru
pertama kali. Kedepan kegiatan serupa akan diikuti seluruh pejabat struktural
eselon IV, dan secara bertahap, hal yang sama juga akan diberikan bagi para
pejabat eselon III dan II. Hal ini selain untuk menambah wawasan juga untuk
melihat sejauh mana kapasitas aparatur yang bersangkutan, serta kebersamaan
bagi para pejabat di Kulon Progo.
Sekda
menambahkan, Baperjakat sudah sepakat untuk mengubah proses mutasi dan promosi
berdasar pada hasil dan pengamatan kegiatan-kegiatan seperti ini, sehingga ada
kegiatan pemecahan suatu tema masalah. "Kali ini temanya kemiskinan dan
kedepan dengan tema-tema yang lain. Akhirnya kalau anda dimutasi dari kecamatan
ke SKPD atau sebaliknya, sudah tidak membutuhkan waktu lama untuk penyesuaian
pekerjaan,” terang Astungkoro.
Pembuatan
tema-tema ini menurut Astungkoro, sejalan dengan tuntutan saat ini di mana
dalam Diklat Kepemimpinan masing-masing peserta harus membuat sebuah proyek
perubahan yang sesuai dengan tempat kerjanya. Selain itu untuk mempersiapkan
diri ke depan bahwa dalam pengisian jabatan eselon II dengan sistem lelang
jabatan.
Lelang
jabatan eselon II ini nantinya tidak hanya diperuntukan bagi pejabat di Kulon
Progo saja, tetapi dari luar Kulon Progo bisa ikut, jadi makin banyak
kompetitornya. Untuk itu kegiatan seperti ini juga akan dilakukan bagi para
pejabat eselon III dan juga eselon II,” terang Astungkoro yang juga akan
melakukan evaluasi para pejabat eselon IV yang telah menjabat 5 tahun lebih di
tempat yang sama. (mckp/HUMAS MENPANRB)
Referensi
artikel : Kemenpan-RB
0 Response to "Butet Kertaradjasa : Bukan Jamannya PNS Hanya 'Manthuk-Manthuk'"
Post a Comment