SURAT KECIL DARI RANTAU UNTUK AYAH DI KAMPUNG
Pekanbaru, 27 Pebruari 2014
Kepada yang luar biasa,
Ayah di kampung.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.....
Assalaamu ‘Alaikum Wr. Wb.....
Sebelumnya ananda mendoakan semoga ayah di kampung
senantiasa diberi Allah kesehatan dan umur panjang, agar suatu saat nanti kita bisa
merasakan kebahagiaan hidup yang sesungguhnya. Di sudut malam ini, ku goreskan
pena di lembaran putih dengan perasaan tidak menentu, ada perasaan bahagia
karena aku bisa mencurahkan isi hati melalui surat kecil ini, ada juga perasaan
terharu karena mengingat pengorbanan dan perjuangan ayah selama ini untukku.
Ayahku tercinta…
Tahukah engkau, ini adalah surat cinta pertamaku, yang
khusus aku persembahkan sebagai tanda cinta dan sayangku untukmu. Apakah ayah
tahu juga, ketika menulis surat ini aku berusaha menahan linangan air mata,
paling tidak sampai ku selesaikan tulisan ini. Tapi mata ini berontak, akhirnya
air mata ku biarkan mengalir menganak sungai meluap melewati sudut mata.
Ayahku sayang…
Engkaulah satu-satunya lelaki yang mencintaiku tanpa
syarat, yang setia menjaga dan menuntunku tanpa mengenal kata lelah. Engkau
yang mengingatkan ketika aku terlupa, engkau yang yang mensehati ketika aku
tersalah dan engkaulah yang menghiburku diwaktu sedih.
Masih teringat jelas dalam rekaman ingatanku saat-saat
indah dulu, saat adzan shubuh berkumandang, engkau selalu menuntunku tuk
tunaikan kewajiban kepada tuhan, saat senja menyapa alam aku selalu duduk di
pangkuanmu sembari mendengar lantunan ayat-ayat suci dari bibirmu, saat malam
menjelang engkau selalu menemaniku dan menceritakan dongeng sampai aku terlelap
lugu. Ayah, semua kenangan indah itu terasa baru saja berlalu dan masih tampak
nyata dalam bingkai rinduku. aku yakin ayah juga masih mengingat hari-hari
indah yang tak terlupakan itu.
Ayahku tercinta…
Maafkan kenakalanku yang dulu, yang terlalu egois dan
bertindak sesuka hati karena keinginanku yang tidak bisa ayah turuti. Di saat
itu aku iri kepada teman-teman yang lain, ketika melihat mereka dibelikan
mainan oleh ayahnya, di saat melihat mereka dimanjakan oleh kedua orangtuanya dan
selalu menuruti apa yang mereka minta. Tapi sekarang telah aku sadari ayah,
bahwa kehidupan kita tidak sama dengan mereka, yang orangtuanya adalah orang
berdasi, sedangkan kita hanyalah gembel kehidupan yang selalu merajut asa tuk
masa depan yang cerah.
Mungkin itulah sebabnya, ayah tidak bisa menuruti semua
keinginanku yang berlebihan disaat itu. Sekali lagi maafkan anakmu yang nakal
ini ayah, karena pada masa itu aku belum mengerti tentang arti sebuah
kehidupan.
Ayahku sayang…
Aku sangat mengagumi pengorbanan dan perjuanganmu yang
dulu, setiap hari banting tulang di ladang harapan. Di pagi buta, ketika semua
orang masih terlelap dalam buaian tidur, engkau sudah bersiap-siap menuju ladang
harapan, dengan penuh asa engkau hentakkan kaki meninggalkan rumah, demi
mencari sesuap nasi tuk penyambung nyawa di dalam kehidupan ini.
Ayahku tercinta...
Kini aku telah dewasa, sedang berusaha mengejar dan
meraih cita-cita di rantau orang. ananda akan selalu bersungguh-sungguh dalam mengarungi
lautan ilmu di sudut kota bertuah ini. Yah, tidak jarang pula badan ini
bermandikan keringat untuk mencari uang sekolah ketika hari libur, karena
ananda tidak mau menyusahkan ayah.Aku tidak mau menambah beban derita yang ada
di pundak ayah. Yah, Aku ingin suatu saat nanti melihatmu tersenyum bahagia
ketika melihat anaknya memakai toga diwaktu wisuda.
Hari ini telah aku buktikan yah, bahwa anak seorang buruh
keidupan juga bisa merasakan bangku perkuliahan. Walaupun dulu semua orang
kampung berkata kepadaku mustahil bisa sekolah tinggi, berkat motivasi dari ayah
aku bisa menjadi manusia yang tegar dalam melewati semak belukar kehidupan.
Ayah, engkaulah idola di dalam hidupku, yang selalu
memberi kekuatan di setiap waktu. Walaupun semua orang sedang mengidolakan
Justin Bieber, akan tetapi tidak bagiku karena idolaku hanyalah ayah seorang, lelaki
nomor satu dalam hidupku yang telah membuat aku menjadi manusia sesungguhnya. Aku
bangga punya ayah yang sangat luar biasa.
Ayahku sayang…
Ananda tahu, wajah ayah yang dulu
kencang kini telah mulai mengeriput, rambut ayah yang dulu hitam kini telah
menguban, disebabkan pergeseran masa dan perputaran waktu. Yah, aku tahu
keringat ayah di kampung sedang menantikan keberhasilan anaknya. Terimakasih
yah, atas semua perjuangan dan pengorbanan yang telah ayah persembahkan bagiku.
Terakhir terucap salam cinta dan doa dari ananda yang sedang melayari samudera
ilmu di rantau. Semoga ayah selalu dalam lindungan Allah dan diberikan kekuatan
olehNya, agar suatu saat nanti kita bisa bertemu dan bisa merasakan kebahagiaan
hidup bersama-sama.
Mustopa Kamal Btr
Anakmu tercinta.
BIODATA PENULIS
Nama : Mustopa Kamal Btr
TTL : Bange, 28 Oktober 1992
Pendidikan :
- SD Negeri 147545 Bange.
- MTs Negeri Siabu.
- Pesantren Musthafawiyah Purbabaru, Kab. Madina-Sumut.
- UIN Suska Riau (sedang belajar)
Motto Hidup: "Long life Education"
Fb: Mustopa Kamal Btr, Hp:
0877 6751 7060
Prestasi:
- Juara 1 Cerdas Cermat Bhs. Indonesia (2005).
- Juara 3 Siswa Berprestasi (2004).
- Juara 3 Kesenian Tor-tor Mandailing [grup] SD (2005) se-Kec. Bukit Malintang.
- Juara 1 Cipta Puisi (2012).
- Juara 3 Baca Puisi Se-Pesantren (2011).
- Juara 3 Syarhil Qur’an MTQ se-Kab. Madina-Sumut (2012).
- Harapan 2 Syarhil Qur’an Menyambut Tahun Baru Islam se-Kab. Madina (2012).
- Juara 1 Syarhil Qur’an MTQ Pesantren (2013).
- Juara 2 Pidato Bahasa Indonesia Pekan Olahraga dan Seni se-kab. Madina (2012).
- Juara 3 Pidato Bahasa Indonesia Ulang Tahun 1 Abad Pesantren Musthafawiyah se-Kab. Madina (2012).
- Harapan 2 Pidato Bahasa Arab Ulang Tahun NU se-Kab. Madina (2012).
- Harapan 2 Pidato Bahasa Arab MTQ Pesantren Musthafawiyah (2013).
- Peserta Festival Nasyid se-Kab.Madina (2013).
- Pemenang Lomba Surat untuk Rektor semarak ulang tahun ke-20 LPM Gagasan UIN Sultan Syarif Kasim Riau (Januari 2014).
0 Response to "Publikasi Karya Tulis Online "Surat Kecil Dari Anak Rantau Untuk Ayah di Kampung""
Post a Comment