Metode pembelajaran berbasis eksperimen yang menuntut siswa mengajarkan kembali materi yang dipraktikkan kepada siswa lain sangat baik diterapkan di sekolah.
Sebab, metode tersebut berdampak pada sangat tingginya daya serap dan lekat keilmuan dalam memori siswa.
Demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Mohammad Nuh, DEA saat memberikan sambutan pada Halal bi Halal Keluarga Besar Kemdikbud di Plasa Insan Berprestasi Gedung Ki Hajar Dewantara, Kompleks Kemdikbud, Senayan, Jakarta, Selasa siang, 5 Agustus 2014. Hadir dalam acara semua pejabat eselon I, II, III, dan IV di lingkungan Kemdikbud.
Mohammad
Nuh mengatakan, dalam piramida pembelajaran, ada dua jenis metode pengajaran
yaitu passive teaching methodology dan participatory teaching methodology.
Keduanya terkait daya serap siswa terhadap materi belajar.
Pada
metode pertama, aktivitas yang masuk dalam kelompok pasif ini adalah belajar
sendiri, membaca, audio-visual, dan demonstrasi. Dengan belajar sendiri, ilmu
yang dapat melekat dalam memori anak hanya 5%. “Membaca hanya punya kontribusi
10 persen,”ujar Mohammad Nuh. Audio-visual berkontribusi 20% dan demonstrasi
30%.
Pada
metode kedua, kontibusi 50% diberikan oleh diskusi kelompok. Kontribusi 75%
disumbang praktik/eksperimen. Sedangkan penyampaian kembali materi kepada siswa
lain berkontribusi 90%. “Apa yang kita gagas dalam Kurikulum 2013, yaitu mulai dari
mengamati, bertanya, memikirkan, eksperimen, mencoba, sampai pada akhirnya
menyampaikan atau mengomunikasikan pada dasarnya kelompok teaching berbasis
participatory,” tegasnya.
Mohammad
Nuh kemudian menceritakan aspek teologis dari penggunaan metode itu. Sekitar
tahun 2005-2006, ia mengunjungi K.H Abdullah Faqih, pengasuh Pondok Pesantren
Langitan, Tuban, Jawa Timur. Abdullah Faqih, kenangnya, menyampaikan pentingnya
pengamalan dan pengajaran ilmu kepada orang lain. Ia mengutip sebuah hadis yang
mengatakan bahwa jika orang dikaruniai ilmu lalu mengamalkan dan mengajarkannya
kepada orang lain, maka Allah SWT akan mengajarkan apa yang belum diketahuinya.
Dalam
acara halal bi halal itu Mohammad Nuh menyampaikan permohonan maaf kepada
seluruh pegawai Kemdikbud. Ia pun berpamitan karena pada Oktober mendatang ia
akan mengakhiri masa jabatannya dalam Kabinet Indonesia Bersatu II.
Menurut
Sekretaris Jenderal Kemdikbud Prof. Ainun Na’im, Ph.D., halal bi halal
bertujuan meningkatkan tali silaturahmi di antara para pegawai Kemdikbud. Acara
ini, katanya, akan meningkatkan kualitas hubungan kerja. “Dan insya Allah akan
meningkatkan layanan kita kepada masyarakat di bidang pendidikan dan
kebudayaan,” ujarnya.
Acara
halal bi halal juga diisi ceramah oleh Nurul Qomar, anggota Dewan Perwakilan
Rakyat. Mantan komedian ini menyampaikan materi tentang pentingnya mengkaji
Al-Qur’an dan menjalankan salat. “Salat yang ditegakkan dengan benar akan
berpengaruh psikologis pada pelakunya,” ucapnya. Ceramah disisipi dengan guyonan
yang membuat hadirin tertawa terpingkal-pingkal.* (Billy Antoro)
0 Response to "Metode Pengajaran Kurikulum 2013 Menggunakan Metodologi Pengajaran Partisipatoris"
Post a Comment