Sahabat
Edukasi yang sedang berbahagia...
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri.
Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga
istilah ini, pada Discovery Learning
lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak
diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah
yang direkayasa oleh guru.
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana
pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan. Kondisi seperti
ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student
oriented.
Dalam Discovery
Learning, hendaknya guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi
seorang problem solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Bahan ajar tidak disajikan dalam
bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan
menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
KEUNTUNGAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN :
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan
kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini
sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena
tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
d. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan
cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya
sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
f. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep
dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama
aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai
siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
h. Membantu siswa menghilangkan skeptisme
(keragu-raguan) karena mengarah pada
kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide
lebih baik;
j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer
kepada situasi proses belajar yang baru;
k. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas
inisiatif sendiri;
l. Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan
hipotesis sendiri;
m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik;
Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang;
n. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa
menuju pada pembentukan manusia
seutuhnya;
o. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa;
p. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan
berbagai jenis sumber belajar;
q. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
KELEMAHAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN :
a. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan
pikiran untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan
abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah
siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
c. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini
dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan
cara-cara belajar yang lama.
d. Pengajaran discovery
lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek
konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
e. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang
fasilitas untuk mengukur gagasan yang
dikemukakan oleh para siswa.
f. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk
berfikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu
oleh guru.
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
1. Langkah Persiapan
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa
(kemampuan awal, minat, gaya belajar,
dan sebagainya).
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari
siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa
contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang
sederhana ke kompleks, dari yang konkret
ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar
siswa.
2. Pelaksanaan
a. Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan
pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
siswa dalam mengeksplorasi bahan.
b. Problem statement
(pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
c. Data
collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini
berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
d. Data
Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data
dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
e. Verification
(Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner,
bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan
atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization
(menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian
atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi
SISTEM PENILAIAN PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)
Dalam Model Pembelajaran Discovery
Learning, penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes.
Penilaian yang digunakan dapat
berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa.
Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model
pembelajaran discovery learning dapat
menggunakan tes tertulis. Jika bentuk
penilaiannya menggunakan penilaian
proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
0 Response to "Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Pada Implementasi Kurikulum 2013"
Post a Comment