Sahabat
Edukasi yang sedang berbahagia... Menanya merupakan aktivitas / kegiatan bertanya yang
berbentuk kalimat tanya merupakan kalimat yang mengandung makna sebuah
pertanyaan.
Arti Kalimat tanya adalah kalimat yang berisi pertanyaan / pernyataan kepada pihak lain yang bertujuan untuk memperoleh jawaban dari pihak yang ditanya.
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.
Arti Kalimat tanya adalah kalimat yang berisi pertanyaan / pernyataan kepada pihak lain yang bertujuan untuk memperoleh jawaban dari pihak yang ditanya.
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.
Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta
didiknya, ketika itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak
dan pembelajar yang baik.
Istilah “pertanyaan”
tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk
pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk
pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri norma hukum? Bentuk pernyataan,
misalnya: Sebutkan ciri-ciri norma hukum!
Fungsi dari Bertanya, diantaranya :
1. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan
perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topikpembelajaran.
2. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk
aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
3. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik
sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya.
4. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya
atas substansi pembelajaran yang diberikan.
5. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam
berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis, sistematis,
dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
6. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi,
berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan.
7. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi
dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok.
8. Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat,
serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul.
9. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan
kemampuan berempati satu sama lain.
Kriteria Pertanyaan yang Baik, diantaranya :
1. Singkat dan jelas. Contoh:
a. Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor
yang menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang?
b. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda
terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? Pertanyaan kedua ini lebih
singkat dan lebih jelas dibandingkan dengan pertanyaan pertama.
2. Menginspirasi jawaban. Contoh:
a. Membangun semangat kerukunan umat beragama itu
sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun
semangat kerukukan beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan.
b. Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang muncul,
jika suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat beragama?
Dua kalimat yang mengawali
pertanyaan di muka merupakan contoh yang diberikan guru untuk menginspirasi
jawaban peserta didik menjawab pertanyaan
3. Memiliki fokus. Contoh: Faktor-faktor
apakah yang menyebabkan terjadinya kemiskinan?
Untuk pertanyaan seperti ini
sebaiknya masing-masing peserta didik diminta memunculkan satu jawaban.
Peserta didik pertama hingga
kelima misalnya menjawab: kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha,
kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia
alternatif jawaban lain, peserta didik yang keenam dan seterusnya, bisa
dimintai jawaban. Pertanyaan yang luas
seperti di atas dapat dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab
kemiskinan? Pertanyaan seperti ini dimintakan jawabannya kepada peserta didik
secara perorangan.
4. Bersifat probing atau divergen. Contoh:
a. Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah
peserta didik harus rajin belajar?
b. Mengapa peserta didik yang sangat malas belajar
cenderung menjadi putus sekolah?
Pertanyaan pertama cukup dijawab
oleh peserta didik dengan Ya atau Tidak.
Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban
dan penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.
5. Bersifat validatif atau penguatan.
Pertanyaan dapat diajukan dengan
cara meminta kepada peserta didik yang
berbeda untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan untuk memvalidsi atau melakukan
penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya. Ketika beberapa orang peserta
didik telah memberikan jawaban yang sama, sebaiknya guru menghentikan
pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawaban yang lain yang berbeda,
namun sifatnya menguatkan. Contoh:
Guru : “Mengapa
kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
Peserta didik I : “Karena orang yang
malas lebih banyak diam ketimbang bekerja.”
Guru : “Siapa yang
dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Peserta didik II : “Karena lebih
banyak diam ketimbang bekerja, orang yang malas tidak produktif”
Guru : “Siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
Peserta didik III : “Orang malas tidak
bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu terlalu banyak untuk bekerja, karena
itu dia tidak produktif.”
Dan seterusnya.
6. Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.
Untuk menjawab pertanyaan dari
guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabannya dan
memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu, setelah mengajukan pertanyaan,
guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk peserta
didik untuk menjawab pertanyaan itu.
Jika dengan pertanyaan tertentu
tidak ada peserta didik yang bisa menjawah dengan baik, sangat dianjurkan guru
mengubah pertanyaannya. Misalnya:
- Apa faktor picu utama Belanda
menjajah Indonesia?;
- Apa motif utama Belanda
menjajah Indonesia?
Jika dengan pertanyaan pertama
guru belum memperoleh jawaban yang memuaskan, ada baiknya dia mengubah
pertanyaan seperti pertanyaan kedua.
7. Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif.
Pertanyaan guru yang baik membuka
peluang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang makin
meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya. Guru mengemas atau
mengubah pertanyaan yang menuntut jawaban dengan tingkat kognitif rendah ke
makin tinggi, seperti dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah
kemampuan kognitif yang lebih tinggi,
seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kata-kata kunci
pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.
Tingkatan (level) Pertanyaan
Tingkatan-tingkatan pertanyaan,
yaitu :
1. Kognitif
yang lebih rendah - Pengetahuan (knowledge)
:
- Apa...?
- Siapa...?
- Kapan...?
- Di mana...?
- Sebutkan...
- Jodohkan atau pasangkan...
- Persamaan kata...
- Golongkan...
- Berilah nama...
- Dan lain-lain.
2. Kognitif
yang lebih tinggi - Analisis (analysis)
:
- Analisislah...
- Kemukakan bukti-bukti…
- Mengapa…?
- Identifikasikan…
- Tunjukkanlah sebabnya…
- Berilah alasan-alasan…
3. Sintesis (synthesis) :
- Ramalkanlah…
- Bentuk…
- Ciptakanlah…
- Susunlah…
- Rancanglah...
- Tulislah…
- Bagaimana kita dapat
memecahkan…
- Apa yang terjadi seaindainya…
- Bagaimana kita dapat
memperbaiki…
- Kembangkan…
4. Evaluasi (evaluation) :
- Berilah pendapat…
- Alternatif mana yang lebih
baik…
- Setujukah anda…
- Kritiklah…
- Berilah alasan…
- Nilailah…
- Bandingkan…
- Bedakanlah…
5. Mengevaluasi :
- Temukan inkonsistensi atau
kesalahan…
- Tentukan apakah suatu
proses/produk memiliki konsistensi…
- Temukan efektivitas suatu
prosedur…
6. Mencipta :
- Buatlah hipotesis berdasarkan
kriteria …
- Rencanakan (proposal)
penelitian tentang…
- Ciptakan/buat suatu produk…
0 Response to "Pengertian Dari Menanya (Questioning), Fungsi Bertanya, Kriteria Pertanyaan Yang Baik, dan Tingkatan Pertanyaan Dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013"
Post a Comment