Sahabat
Edukasi yang berbahagia…
Sebagai
negara yang terus berkembang, Indonesia masih sangat memerlukan SDM-SDM
berkualitas, salah satunya adalah adanya insinyur-insinyur maupun sarjana teknik
baru yang jumlahnya masih kurang banyak untuk mendukung pembangunan bangsa
Indonesia tercinta .
Hingga
saat ini total insinyur dan sarjana teknik di Indonesia diperkirakan mencapai
700 ribu orang, tapi hanya sekitar 45 persen yang bekerja di bidangnya. Ke
depan, untuk memenuhi kebutuhan dalam mendukung pembangunan, Indonesia
membutuhkan setidaknya 36 ribu atau 40 ribu insinyur setiap tahun, atau
keseluruhannya sekitar 120 ribu insinyur.
Demikian
disampaikan Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Bobby Gafur Umar
kepada wartawan seusai bersama pengurus PII diterima oleh Presiden Joko Widodo
(Jokowi), di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (19/5) siang. Saat menerima
pengurus PII itu, Presiden Jokowi
didampingi oleh Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo, Menristek dan
Pendidikan Tinggi Moh. Nasir, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, dan Mensesneg
Pratikno.
Mengenai
banyaknya insinyur yang bekerja di luar bidangnya itu, Ketua Umum PII Bobby
Gafur Umar mengemukakan, bahwa permasalahan utamanya karena ketersediaan
lapangan pekerjaan dan persaingan paket remunerasi , sehingga lulusan sarjana
teknik banyak yang memilih bekerja di luar dengan remunerasi yang lebih tinggi.
“Tapi
dengan program pemerintah yang lumayan besar otomatis ini (pembangunan
infrastruktur), akan ada supply dan
demand yang mana bisa mengangkat paket remunerasi sehingga sejajar dengan
bidang lain,” papar Bobby.
Menurut
Bobby, untuk mendukung pembanguna, Indonesia masih kekurangan tenaga insinyur.
Ia memperkirakan tiap tahun dibutuhkan setidaknya 36 ribu atau bahkan 40 ribu
insinyur baru. “Itu pun masih kurang dalam memenuhi kebutuhan mendukug
pembangunan. Dibutuhkan 120 ribu insinyur lagi ke depan,” ujarnya.
Menurut
Bobby, Menristek dan Pendidikan Tinggi Moh. Nasir sudah memahami kekurangan
jumlah insinyur baru itu, dan telah mempunyai beberapa strategi program
mempercepat untuk penciptaan insinyur baru.
Mengenai
pogram pemenuhan kebutuhan insinyur itu, Bobby menjelaskan, terhadap insinyur
yang ada pihaknya mengaktifkan sertifikasi profesi insinyur. Dengan cara ini
diharapkan insinyur professional bisa diakui di Indonesia.
Selain
itu, melalui sistem pendidikan nasional PII akan mendorong peningkatan jumlah
insinyur, dengan menggencarkan sosialisasi terhadap pelajar-pelajar SMA sejak
dini.
“Oleh
sebab itu kita mengharapkan ada role model, semacam icon seperti Bung Karno
yang mengkreasikan Monas di era beliau, Pak Habibie icon teknologi,” terang Bobby.
Ketua
Umum PII itu juga menyampaikan, bahwa saat ini banyak insinyur Indonesia yang
bekerja di luar negeri. Bahkan Presiden Jokowi menyebut sekitar 80 insinyur
bekerja di Amerika Serikat, disamping banyak sekali insinyur Indonesia yang
bekerja di MRT Singapura.
Menurut
Bobby, para insinyur Indonesia yang bekerja di luar negeri itu sudah berjanji
akan segera kembali ke Indonesia, bila ada kesempatan bekerja di tanah air.
Bobby berharap, pada saat Indonesia mengerjakan proyrk-proyek infrastruktur
yang besar, para insinyur Indonesia yang berprofesi luar negeri itu, termasuk
para insinyur yang bekerja di bidag lain bisa kembali ke jalan yang benar, yaitu
menjadi insinyur di tanah air dengan mendukung pembangunan.
Mengenai
kunjungan pengurus PII menghadap Presiden Jokowi, Bobby Gafur Umar mengatakan,
bahwa pihaknya melaporkan akan menyelenggarakan Rapat Pimpinan Nasional
(Rapimnas) dan kongres luar biasa serta syukura saat ulang tahun organisasi
pada 23 Mei mendatang.
“Kami
mengundang Bapak Presiden untuk untuk hadir,” kata Bobby seraya menyebutkan
bahwa PII pernah memberikan beberapa penghargaan/anugerah kepada tokoh dunia,
di antaranya mantan PM Inggris Margareh Tatcher, dan mantan PM Jerman Helmut
Kohl.
Menurut
Bobby, Presiden Jokowi yang merupakan insinyur kehutanan akan dijadikan anggota
kehormatan oleh PII. “Beliau menerima, dan insya Allah akan kami sampaikan di
saat yang tepat,” pungkas Bobby.
Saat
menghadap Presiden Jokowi itu, Bobby Gafur Umar didampingi sejumlah pengurus
PII lainnya, seperti Hermanto Dardak, Danang Parikesit. Heru Dewanto, dan
Bambang Setiadi. (Humas Setkab/ES)
0 Response to "Untuk Mendukung Pembangunan, Indonesia Masih Butuh 36 Ribu Atau 40 Ribu Insinyur Baru Setiap Tahunnya"
Post a Comment